Puluhan tentara menjadi korban pada insiden serangan di Mesir pada Rabu (1/7) kemarin. Lima pos pemeriksaan polisi di Semenanjung Sinai, mendadak digasak militan menggunakan mortir dan bom dalam serangan fajar. Disebut-sebut, kelompok jihadis berseragam ini adalah sayap Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).
Perang yang terjadi antara militan ISIS dan tentara mesir di Semenanjung Sinai ini merupakan konflik paling serius di era Presiden Abdul Fattah al-Sisi.

Dikutip dari laman Channel NewsAsia, Kamis (2/7), setelah serangan itu terjadi, pesawat tempur F-16 membombardir pasukan militan di Sinai utara Kota Sheikh Zuweid.

Petugas medis dan pihak resmi keamanan mengatakan setidaknya 70 orang yang sebagian besar tentara Mesir terbunuh dalam serangan tersebut.

Kendati demikian, versi militer Mesir berbeda. Tentara Negeri Piramida mengklaim 100 militan ISIS tewas, sementara dari pihak mereka yang terbunuh hanya 17 prajurit.

Lepas dari perbedaan angka korban tersebut, pertempuran selama delapan jam ini akhirnya memukul mundur militan ISIS dari Sheikh Zuweid. Jubir Militer Mesir, Brigjen Mohammed Samir, meyakini serbuan ISIS di Sinai bukan ancaman serius. "Kami segera menguasai keadaan, kini situasi 100 persen terkendali," klaimnya.
Serangan militan khilafah Islamiyah ini tejadi persis setelah kematian Jaksa Agung Mesir Hisham Barakat yang terbunuh dalam insiden bom mobil di Ibu Kota Kairo, Selasa, (30/6).

Kelompok militan Islamis, termasuk Ikhwanul Muslimin yang kini bergerak di bawah tanah, mulai secara konstan menyerang pemerintahan Presiden Sisi. Penguasa Mesir saat ini adalah semi-junta militer yang menggulingkan pemimpin demokratis pertama di negara itu, Muhammad Mursi.
(Merdeka.com)

Posting Komentar

 
Top