Merdeka.com - Menteri Pertahanan Malaysia Hishammuddin Hussein akhir Mei lalu mengatakan konflik Laut China Selatan bisa menjadi yang terburuk dalam sejarah.

"Jika kita tidak berhati-hati, konflik itu bisa terus meningkat hingga menjadi yang terburuk dalam sejarah peradaban manusia," kata dia, seperti dilansir Channel News Asia, akhir Mei silam.

"Hanya karena kawasan itu terlihat aman dan damai, bukan berarti kemungkinan konflik tidak akan terjadi," lanjut Hisham.

Amerika Serikat sebelumnya sudah memperingatkan China untuk tidak memperkeruh suasana dengan membangun pulau buatan untuk pangkalan militer di kawasan Laut China Selatan.

Malaysia akhirnya buka suara setelah insiden kapal patroli China menerobos wilayahnya di perairan sebelah utara Sabah kemarin.

Kapal China itu diyakini memasuki kawasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) milik Negeri Jiran, tepatnya 200 nautical mil dari kepulauan Luconia.

Menteri Keamanan Nasional Malaysia Sheridan Kassim menyatakan pelanggaran teritori ini akan ditanggapi serius. Dia mengunggah foto kapal itu menarik jangkar di wilayah Luconia lewat akun Facebook.

"Wilayah itu tidak termasuk dalam sengketa wilayah selama ini. Kami akan mengambil langkah diplomatik," ujarnya seperti dilansir Channel News Asia, Selasa (9/6).

Menurut Menteri Keamanan Nasional Shahidan Kassim,


Merdeka.com - seperti dikutip the Wall Street Journal, Perdana Menteri Najib Razak sudah diberitahu soal ini dan dia akan melayangkan protes langsung kepada Presiden China Xi Jinping.

Bahkan Kepala Angkatan Laut Malaysia Abdul Aziz Jaafar mengatakan sejak 2014, kapal China sudah sering menerobos wilayah perairan Malaysia hampir saban hari dan Kuala Lumpur juga sudah memprotes kepada Beijing setiap waktu.

"Kami sudah layangkan protes. Tiap kali kami mendeteksi keberadaan mereka, kami beritahu kapal mereka sudah memasuki wilayah perairan kami dan sekaligus langsung menyampaikan protes diplomatik," kata Aziz, seperti dilansir Eonomic Times, Selasa (9/6).

Namun menurut Aziz, peringatan mereka tidak ditanggapi oleh kapal China.

Di Asia Tenggara, negara yang bersitegang langsung dengan China adalah Filipina, Vietnam, dan Brunei Darussalam. Pangkal masalahnya, Beijing mengklaim 90 persen wilayah Laut China Selatan (setara 3,5 juta kilometer persegi) adalah milik mereka, termasuk kandungan migas di dalamnya.

Peta versi China itu tidak pernah diakui oleh negara-negara lain yang bersengketa. Situasi di kawasan memburuk setelah China menggelar reklamasi di pulau-pulau kosong, sehingga wilayah mereka melebar.

Bagaimana kelanjutan ketegangan di Laut China Selatan ini? Dunia internasional tentu tidak akan tinggal diam, mengingat kawasan itu sarat dengan kepentingan banyak negara.


(Merdeka.com)

Posting Komentar

 
Top