CIREBON, KOMPAS.com - Jalan Tol Cikopo- Palimanan, Jawa Barat, sepanjang 116,75 kilometer selesai dibangun. Kehadiran ruas Cikopo-Palimanan membuat impian menghadirkan Jalan Tol Trans-Jawa kian berwujud. Saat ini, dari Merak, Banten, ke Pejagan, Jawa Tengah, telah tersambung dengan jalan tol.
Kompas mendapat kesempatan menggunakan Jalan Tol Cikopo-Palimanan selama tiga hari. Tim menyusuri jalan tol yang melintasi lima kabupaten, yaitu Purwakarta, Subang, Indramayu, Majalengka, dan Cirebon, itu pada siang dan malam hari. Konstruksi jalan sudah selesai. Ada ganjalan di awal, yakni setelah Gerbang Tol Cikopo, Purwakarta, berupa penguatan konstruksi jembatan sehingga kendaraan tim dialihkan ke jalur darurat dan jembatan bailey.
Presiden Direktur PT Saratoga Investama Sedaya (SIS) Sandiaga Uno, Kamis (11/6/2015), menyatakan, Jalan Tol Cikopo-Palimanan siap diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. PT SIS adalah induk PT Lintas Marga Sedaya (LMS) yang membangun dan mengoperasikan jalan tol terpanjang di Indonesia itu.
Sandiaga mengatakan, kehadiran Cikopo-Palimanan diharapkan mendorong perekonomian. Ruas ini jangan dipandang sebagai pesaing yang akan mematikan jalur pantai utara (pantura), tetapi penopang jalur tersebut.
”Karena sudah selesai dan siap diresmikan, Cikopo-Palimanan memenuhi harapan pemerintah pusat agar bisa dioperasikan untuk mendukung arus mudik Lebaran 2015,” katanya.
Pembangunan jalan bisa dikatakan tinggal penyelesaian akhir, seperti menyempurnakan jalur dengan rambu, papan infomasi, pembatas jalan, dan perawatan rumput. Fasilitas yang masih belum selesai ialah pembangunan delapan area istirahat. Akan tetapi, saat arus mudik fasilitas ini diperkirakan selesai.
Area istirahat itu masing-masing berjarak sekitar 25 kilometer. Empat area istirahat berkategori A, yakni memiliki stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU). Area istirahat bertipe B memang tidak punya SPBU, tetapi fasilitas lumayan lengkap dengan mesin anjungan tunai mandiri, mushala atau ruang ibadah, pusat jajan serba ada (pujasera), dan area parkir yang memadai.
Telah disiapkan 10 mobil patroli, 12 mobil derek, 2 mobil SAR, dan 5 ambulans. Pengelola juga bekerja sama dengan 2 rumah sakit mitra dan 5 RS rujukan terdekat dari gerbang tol yang ada.Jalan tol ini bermula dari Gerbang Tol Cikopo dan berakhir di Gerbang Tol Palimanan. Di antara dua itu terdapat lima gerbang tol lain, yaitu Kalijati, Subang, Cikedung, Kertajati, dan Sumberjaya.
Dari 116 kilometer, sepanjang 62 kilometer ialah jalan yang diperkeras dengan beton. Karakter jalan dari beton memang menimbulkan guncangan, tetapi tidak keras karena kontur jalan yang rata dan lurus sehingga laju kendaraan dapat stabil. Menurut PT LMS, indeks kerataan jalan di bawah 3. Dalam standar internasional, indeks itu antara 1 dan 12. Jika angka mengecil, jalan kian rata.
Selain itu, Cikopo-Palimanan juga tidak memiliki banyak tikungan. Karakter inilah yang, menurut Wakil Direktur PT LMS Hudaya Arryanto, patut diwaspadai oleh pengendara. Secara psikologis, pengendara berpotensi mengebut, tetapi juga mengantuk saat melintas di jalur yang lurus, mulus, tetapi lengang.
Hal yang diutarakan oleh Hudaya tidak berlebihan. Tim yang melaju dengan kecepatan 80 km per jam di ruas beton terasa nyaman hingga mudah tergoda untuk mengebut. Apalagi, ada ruas aspal yang membolehkan laju maksimal hingga 100 km per jam.
Masalah lainnya saat kondisi terang atau pagi sampai sore, pemandangan sepanjang jalan tol cukup memanjakan pengendara, yakni hamparan sawah dengan latar Gunung Tampomas dan Gunung Ciremai. Hal ini juga bisa menjadi godaan bagi pengendara yang suka berfoto sehingga berhenti di bahu jalan untuk memotret pemandangan. Padahal, hal ini dilarang.
Sosialisasi
Jika jalan tol ini diresmikan pekan depan, pengelola berencana
melanjutkannya dengan jangka waktu sosialisasi selama seminggu. ”Setelah
peresmian, kami tutup beberapa jam untuk pembersihan sebelum
operasional sosialisasi,” kata Hudaya.Kurun seminggu sosialisasi itu, pelintas tidak akan dipungut biaya. Selepas masa sosialisasi, barulah jalan tol resmi beroperasi komersial. Tidak ada jeda waktu dari waktu sosialisasi sampai operasional komersial.
Dengan asumsi waktu peresmian pada Senin pekan depan, jalan tol itu resmi memungut biaya pada Senin atau Selasa (23/6/2015). Untuk tarif, tim belum mendapat informasi dari pengelola atau yang berwenang.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, saat Cikopo-Palimanan dioperasikan sekitar 40 persen kendaraan (sedan, bus, dan truk) yang melintasi Jalur Pantai Utara (pantura) dari Karawang sampai Cirebon akan beralih ke jalan tol yang menghabiskan biaya investasi lebih kurang Rp 12,5 triliun itu.
Hudaya menambahkan, Cikopo-Palimanan mampu menampung sekitar 25.000 kendaraan per hari. Kapasitas bisa naik hingga tiga kali lipat saat arus mudik hari raya dan libur.
Penyelesaian Trans-Jawa
Menurut data Kementerian PUPR sampai 31 Maret 2015, dari sembilan
ruas Jalan Tol Trans-Jawa, hanya Cikopo–Palimanan yang telah
menyelesaikan tahap konstruksi. Delapan ruas lainnya masih tahap
pembebasan lahan dan konstruksi dengan kemajuan 36 persen-90 persen.
Ruas dimaksud ialah Pejagan-Pemalang, Pemalang-Batang, Batang-Semarang,
Semarang-Solo, Solo-Ngawi, Ngawi-Kertosono, Kertosono-Mojokerto, dan
Mojokerto-Surabaya.Melihat sejarah, kehadiran jalan raya dan prasarana angkutan massal mendorong percepatan penyaluran barang serta jasa dan terutama pergerakan manusia.
Lebih dari 200 tahun lalu, upaya untuk menghubungkan ujung barat dan timur Jawa sudah dilakukan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels.
Ia membangun Jalan Raya Pos dari Anyer (Banten) ke Panarukan (Jawa Timur) selama setahun hingga bisa diselesaikan pada 1808. Daendels bisa menyelesaikan jalur itu sangat cepat karena tidak semua ruas harus dibangun baru. Beberapa ruas juga hanya melebarkan jalan yang sudah ada.
Sumbangsih Daendels masih menjadi andalan urat nadi perekonomian Jawa dan nasional di beberapa tempat hingga kini.
Kini, secara perlahan, kedua ujung Jawa itu akan kembali disambungkan dengan jalan bebas hambatan.
Menurut Hudaya, konstruksi Cikopo-Palimanan, salah satu ruas Trans-Jawa, yang panjangnya mencapai 116 km dan memiliki 99 jembatan sungai dan jalan, merupakan skala pekerjaan yang signifikan. ”Sangat menantang, tetapi terbukti bisa,” katanya.
Mirip maraton
Sandiaga menganalogikan pembangunan Cikopo-Palimanan dengan lomba maraton. Pelari pada event
berjarak 42,195 km memerlukan napas panjang, stamina prima, dan
kecepatan stabil. Untuk bisa melakukan itu mereka harus dilandasi
komitmen kuat dan niat baik.Dalam konstruksi prasarana, komitmen itu bukan sekadar dalam pembangunan, melainkan juga pendanaan dan terutama pembebasan lahan yang melibatkan pemerintah daerah. Proyek sudah dicanangkan pada 2004, tetapi tahapan pengerjaan diguncang krisis keuangan.
Pembebasan lahan juga amat sulit meskipun akhirnya masalah tersebut bisa dilampaui. Pengerjaan fisik jalan tol itu ternyata lebih cepat daripada target Agustus 2015.
(Kompas.com)
Posting Komentar