SYDNEY - Perdana Menteri (PM) Tony Abbott tidak membantah isu mengenai Pemerintah Australia membayar sejumlah anak buah kapal (ABK) yang membawa kapal berisi 65 imigran gelap agar kapal tersebut berbalik arah ke Indonesia. Padahal sebelumnya, Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop, dan Menteri Imigrasi Australia Peter Dutton, telah membantah isu tersebut.

"Saya hanya tidak ingin memberikan detail mengenai hal ini," ujar PM Abbott, seperti dikutip dari The Sydney Morning Herald, Jumat (12/6/2015).

Bahkan Abbott tidak menganggap salah tindakan suap tersebut. Menurut dia, Pemerintah Australia akan melakukan apa pun selama tindakan tersebut konsisten dengan pandangan Australia sebagai negara yang manusiawi dan terhormat.

"Pemerintah Australia akan melakukan segala hal yang perlu kami lakukan agar praktik perdagangan jahat ini berhenti," kata dia.

Dia bahkan memuji sikap petugas perbatasan yang diketahui memberi USD5.000 atau sekira Rp66,5 juta kepada setiap enam ABK kapal.

 Menurut dia, para petugas tersebut telah mengambil langkah yang sangat kreatif dan berhasil memikirkan berbagai macam strategi untuk menghentikan praktik penyelundupan manusia.

Sebagaimana diberitakan, pada akhir Mei lalu, Pemerintah Australia diduga menyuap kapten kapal bernama Yohanes, dan enam ABK yang membawa sebuah kapal penuh pencari suaka asal Bangladesh, Sri Lanka, dan Myanmar.
Sekira 65 orang imigran gelap asal ketiga negara tersebut sedang berlayar menuju Selandia Baru. Namun, di tengah perjalanan, kapal mereka dicegat Angkatan Laut Australia serta petugas Bea dan Cukai Australia.

Kini, para ABK ditahan di Kepolisian Resor Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur dan sedang menjalani proses persidangan.

Pemerintah Australia menerapkan kebijakan ketat yang melarang masuknya para pencari suaka ke negara tersebut. 

Kebijakan itu dilakukan dengan menghalau kapal-kapal imigran yang datang atau menahan para pencari suaka yang coba menyelundup masuk ke wilayahnya.

(okezone)

Posting Komentar

 
Top