Jakarta - Menguatnya nilai tukar dolar berpengaruh pada kenaikan harga barang di pasaran. Imbasnya permintaan masyarakat terancam turun. Tapi tidak demikian dengan yang terjadi di industri telekomunikasi, daya beli masyarakat masih terhitung tinggi.

Alexander Rusli, Ketua Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), mengatakan meski dolar terus naik, kebutuhan komunikasi masyarakat tidak lantas turun. Bahkan keinginan masyarakat membeli pulsa mengalahkan kebutuhan lain.

"Bila ada uang, masyarakat lebih memilih beli pulsa dari pada rokok maupun makanan," ujarnya saat dijumpai usai Forum Group Discussion Industri Telko di Tengah Turbulensi Mata Uang yang berlangsung di Kantor Kominfo, Jakarta, Senin (7/9/2015).

Bahkan ia optimistis tahun depan daya beli masih tinggi. Hal tersebut didorong oleh peningkatan pembelian gadget oleh masyarakat. Saat ini, kata Alex, penjualan smartphone tembus 60%. Tahun depan diperkirakan akan tumbuh mencapai 70%. Prediksi tersebut sejalan dengan data dari lembaga riset GfK, dimana penjualan ponsel Indonesia bakal melonjak menjadi 14,9 juta hingga akhir tahun ini.

"Di desa sekarang ini, masyarakat mengumpulkan uang tidak lagi untuk investasi emas. Tapi untuk beli gadget," pungkas pria yang kerap disapa Alex ini.
(Dtk/ash/ash)

Posting Komentar

 
Top