MAGELANG – Acara tahunan Festival Lima Gunung terselenggara berkat intensitas seniman petani Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, membangun interaksi sosial berdasarkan semangat persaudaraan.
“Interaksi sosial yang mereka bangun selama ini, bukan hanya di antara mereka, tetapi juga dengan komunitas sekitar desa dan dusun masing-masing, dan berbagai kalangan di berbagai kota dan jejaringnya di luar negeri,” kata pemerhati seni budaya Universitas Tidar Magelang Tri Setyo Nugroho di Magelang, Jumat (7/8/2015).
Tri yang juga pengajar mata kuliah drama pentas untuk Program Studi Bahasa dan Sastra Untidar Magelang, Jawa Tengah juga mengemukakan bahwa festival tersebut menjadi ajang silaturahim kalangan seniman petani di kawasan gunung-gunung di Magelang dan jejaring mereka selama ini. Dia juga memuji ajang tahunan tersebut yang digelar secara mandiri, tanpa melibatkan sponsor.
Selain itu, menurut dia, festival tersebut menjadi sarana saling belajar dan mengapresiasi karya kreatif berkesenian di kalangan seniman dan pemerhati sosial budaya.
“Menjadi ajang silaturahim, belajar, apresiasi, dan pembuktian eksistensi kedahsyatan kesenian yang lahir dari masyarakat petani itu sendiri. Bagi masyarakat sekitar, pelaku seni, dan seniman, ini menjadi referensi dan belajar juga, serta memengaruhi perkembangan gaya berkesenian bagi daerah lain,” katanya.
“Dengan didasarkan pada kemurnian berkesenian dan interaksi sosial, tanpa kepentingan berlebih selain kemegahan ekspresi emosional perkawanan dan persaudaraan yang artistik,” katanya.
Festival Lima Gunung XIV sendiri rencananya digelar Jumat 14 Agustus hingga Senin 17 Agustus di dua lokasi, yakni Gunung Andong (Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang) dan Gunung Merapi (Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang).
Panitia festival memperkirakan sekira 800-1.000 seniman akan tampil mengisi berbagai agenda yang telah mereka susun, antara lain berupa pementasan kesenian tradisional, kontemporer, dan kolaborasi, pentas musik, sarasehan budaya, kirab budaya, peluncuran buku, pidato kebudayaan, pameran seni rupa, dan peringatan HUT Ke-70 RI.
“Secara visual festival tersebut indah, secara emosional festival ini membahagiakan, secara kultural festival ini dahsyat, secara manajemen festival ini cerdas,” kata Tri yang juga pegiat kelompok penyair Magelang yang tergabung dalam Forum Kilometer Nol Borobudur Kabupaten Magelang itu. (rwd)
(Okz/mbs)

Posting Komentar

 
Top