JAKARTA - Go-Jek merupakan perusahaan jasa ojek online terbesar di Indonesia saat ini. Bahkan jumlah driver Go-Jek saat ini sudah mencapai sekitar 20 ribu orang.

Tentu dibutuhkan keputusan yang tepat dan trik khusus untuk mempekerjakan karyawan sebanyak itu. Namun ternyata ada kesalahan dari cara pandang yang diambil ketika merekrut driver Go-Jek.

"Dulu di awal-awal kami meng-hire orang-orang yang punya pengalaman dibanding personal behavior. Tapi ternyata itu salah," tutur Pendiri sekaligus CEO Go-Jek Nadiem Makarim dalam acara Idea Fest di JCC, Jakarta, Sabtu (8/8/2015).

Menurut penuturan Nadiem, ketika merekrut driver Go-Jek dengan hanya mementingkan pengalaman, ternyata banyak driver yang tidak bisa berkembang. Dirinya memandang hal itu dikarenakan kurangnnya rasa kemauan dan kegigihan untuk terus berkembang.

"Menurut saya itu juga merupakan kesalahan terbesar kebanyak perusahaan yang lebih penting dari pada culture behavior. Banyak yang minim pengalaman tapi personal behavior atau kemauan yang lebih besar ternyata hasilnya lebih baik. Itu malah bisa berkembang," imbuhnya.

Berdasarkan pengalaman itu, Nadiem merubah cara pandangnya ketika merekrut Driver Go-Jek. Sejak saat itu dia hanya mementingkan driver yang mempunyai kemauan untuk terus belajar, berusaha dan berkembang.

Jadi kita sekjarang melihat sebarapa besar kemauannya, seberapa hausnya mereka akan tantangana berkeja di Gojek.
"Jadi kita sekarang melihat seberapa besar kemauannya, seberapa hausnya mereka akan tantangana berkeja di Go-Jek," pungkasnya.

(Okz/wdi)

Posting Komentar

 
Top