SYDNEY – Dua orang pilot Indonesia yang diduga bergabung dengan kelompok militan ISIS menimbulkan kekhawatiran terulangnya peristiwa 11 September 2011 atau 9/11 di New York, Amerika Serikat (AS). Pada peristiwa yang memulai Perang Melawan Teror itu dua pesawat komersial menabrakkan diri ke menara kembar World Trade Center (WTC) yang mengakibatkan bangunan itu runtuh dan menewaskan lebih dari 2.900 orang.

Sebuah dokumen Polisi Federal Australia (AFP) yang dibocorkan kepada dinas keamanan negara Barat mengungkapkan besarnya ancaman yang dapat dihasilkan oleh Tommy Abu Alfatih dan Ridwan Agustin pada keamanan penerbangan.

Dalam laporan tersebut, otoritas keamanan Australia menyebutkan kata-kata peristiwa ‘global di masa lalu’ yang kemungkinan besar mengacu pada peristiwa 9/11.

“Pilot, kru udara, dan orang-orang dengan akses kepada dan di dalam lingkungan penerbangan dapat menimbulkan ancaman yang nyata jika teradikalisasi. Akses serta pengetahuan mereka mengenai aturan keamanan dan keselamatan memberikan kemampuan untuk melakukan serangan seperti yang telah disaksikan dalam peristiwa di masa lalu,” demikian ditulis laporan tersebut, sebagaimana dilansir Express, Sabtu (11/7/2015).

Laporan itu juga mengungkapkan bahwa majalah kelompok militan Al Qaeda yang terbit baru-baru ini mendorong serangan-serangan di lingkungan penerbangan.

Tommy Abu Alfatih diketahui masih bekerja pada maskapai pelat merah Garuda Indonesia sampai beberapa bulan lalu. Sedangkan AirAsia menyatakan pihaknya telah memecat Ridwan Agustin segera setelah dia menunjukkan tanda-tanda teradikalisasi.

Keberadaan Tommy sampai saat ini belum diketahui, sementara Ridwan diyakini berada di markas ISIS di Raqqa, Suriah. Pemerintah Indonesia menyatakan terus memonitor aktivitas kedua pilot Indonesia tersebut.
(Okz/ful/sw)

Posting Komentar

 
Top