MADIUN – Masjid Sewulan memiliki akar sejarah yang
panjang. Masjid yang berdiri di Desa Sewulan, Kecamatan Dagangan, Madiun
, Jawa Timur, tersebut bahkan sudah masuk bangunan cagar budaya karena
usianya yang tua serta nilai-nilai hostorisnya yang mendalam.
Pegiat Komunitas Pecinta Sejarah Madiun Raya (Kompas Madya), Widodo menjelaskan, nama Sewulan memiliki banyak tafsir. Kata wulan, yang dipungut dari bahasa Jawa, yang berarti bulan, bisa diartikan sewulan adalah satu bulan.
Pemaknaan ini terkait cerita rakyat yang berkembang bahwa sang pendiri masjid sewulan, yakni KH Bagus Harun atau Kiai Basyariah melakukan perjalanan selama satu bulan ketika akan menentukan lokasi pembangunan masjid sebagai syiar agama Islam.
Perjalanan Kiai Basyariah itu tentu bukan tanpa alasan. Gurunya, yakni Kiai Muhammad Besari yang memerintahkannya. Perintah itu diberikan setelah Kiai Basyariah mendapatkan tanah perdikan dari Raja Keraton Kasunanam Surakarta, Paku Buwono II atas keberhasilannya menumpas para pemberontak di Kartasura pada 1742.
“Nah, kemudian masjid ini dinamakan Masjid Sewulan,” jelasnya kepada Madiun Pos.
Tafsir lainnya terkait nama sewulan ialah sewu wuwul atau seribu wuwul. Wuwul konon hitungan untuk satu hektare. Sehingga, seribu wuwul berarti seribu hektare. Hal ini cukup masuk akal lantaran kekuasaan Sewulan pada zaman dulu memang cukup luas hingga mencakup sejumlah daerah-daerah di sekitarnya.
Selain itu, sambung Widodo, nama sewulan juga ada yang mengaitkan dengan sewu wulan atau malam seribu bulan. Hal ini terkait dengan pendirian Masjid Sewulan yang konon bertepatan dengan malam Ramadan di mana lailatul qodar atau keutamaan seribu bulan diturunkan.
Pegiat Komunitas Pecinta Sejarah Madiun Raya (Kompas Madya), Widodo menjelaskan, nama Sewulan memiliki banyak tafsir. Kata wulan, yang dipungut dari bahasa Jawa, yang berarti bulan, bisa diartikan sewulan adalah satu bulan.
Pemaknaan ini terkait cerita rakyat yang berkembang bahwa sang pendiri masjid sewulan, yakni KH Bagus Harun atau Kiai Basyariah melakukan perjalanan selama satu bulan ketika akan menentukan lokasi pembangunan masjid sebagai syiar agama Islam.
Perjalanan Kiai Basyariah itu tentu bukan tanpa alasan. Gurunya, yakni Kiai Muhammad Besari yang memerintahkannya. Perintah itu diberikan setelah Kiai Basyariah mendapatkan tanah perdikan dari Raja Keraton Kasunanam Surakarta, Paku Buwono II atas keberhasilannya menumpas para pemberontak di Kartasura pada 1742.
“Nah, kemudian masjid ini dinamakan Masjid Sewulan,” jelasnya kepada Madiun Pos.
Tafsir lainnya terkait nama sewulan ialah sewu wuwul atau seribu wuwul. Wuwul konon hitungan untuk satu hektare. Sehingga, seribu wuwul berarti seribu hektare. Hal ini cukup masuk akal lantaran kekuasaan Sewulan pada zaman dulu memang cukup luas hingga mencakup sejumlah daerah-daerah di sekitarnya.
Selain itu, sambung Widodo, nama sewulan juga ada yang mengaitkan dengan sewu wulan atau malam seribu bulan. Hal ini terkait dengan pendirian Masjid Sewulan yang konon bertepatan dengan malam Ramadan di mana lailatul qodar atau keutamaan seribu bulan diturunkan.
Posting Komentar