WASHINGTON – Pemerintah Amerika Serikat (AS) membantah klaim Wikileaks yang menuduh Badan Keamanan Nasional AS (NSA) memata-matai dan melakukan penyadapan kepada Presiden Prancis Francois Hollande.

Dokumen yang dibocorkan oleh Wikileaks menyebutkan bahwa AS telah melakukan kegiatan mata-mata dan penyadapan terhadap tiga orang Presiden Prancis selama kurun waktu 2006-2013. AS juga dituduh memotong komunikasi antara beberapa menteri dalam kabinet Prancis dan Duta Besar (Dubes) Prancis untuk AS.

“Kami tidak melakukan aktivitas intelijen apa pun kecuali jika ada tujuan keamanan nasional yang spesifik dan telah disahkan. Hal ini berlaku bagi warga negara biasa juga kepada para pemimpin dunia,” demikian pernyataan juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Ned Price, sebagaimana dilansir IBTimes, Rabu (24/6/2015).

Ned menegaskan lebih lanjut bahwa NSA tidak pernah dan tidak akan pernah menjadikan Presiden Prancis Francois Hollande sebagai target mereka. Meski begitu, tidak ada pernyataan yang membantah maupun mengonfirmasi tuduhan tindakan mata-mata terhadap Presiden Nicolas Sarkozy dan Jacques Chirac yang menjabat sebelum Hollande.

Kumpulan dokumen rahasia yang disebut dengan “Espionnage Elysée” itu merupakan juga melampirkan ringkasan pembicaraan antara pejabat Pemerintah Prancis mengenai krisis keuangan global, krisis utang Yunani, dan beberapa hal lainnya.

Presiden Hollande dilaporkan telah mengadakan sebuah rapat darurat dengan dewan pertahanan Prancis untuk membicarakan mengenai laporan Wikileaks ini.

Tuduhan mata-mata AS terhadap sekutunya bukan baru kali ini terjadi. Sebelumnya, Wikileaks dengan dokumen yang didapat dari Edward Snowden menuduh NSA melakukan tindakan serupa terhadap Kanselir Jerman Angela Merkel. (Okezone.com)

Posting Komentar

 
Top