JAKARTA - Sebanyak 34 kementerian telah menyerahkan laporan kinerjanya selama enam bulan menjabat, serta menyerahkan rencana kerja untuk enam bulan mendatang kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Lalu, apakah laporan kinerja itu akan menjadi bahan evaluasi bagi Presiden Jokowi untuk merombak kabinetnya?

Pengamat politik dari Populi Centre, Nico Harjanto menilai, evaluasi yang dilakukan Jokowi ini merupakan bagian dari strategi Jokowi dalam mengontrol kinerja kabinetnya.

Meski telat, namun langkah Jokowi ini berpotensi dilakukannya reposisi atau reshuffle kabinet bagi menteri-menteri yang kinerjanya tak memuaskan selama enam bulan bekerja.

"Sejauh ini memang terasa anggota kabinet yang kinerjanya mengecewakan sehingga sejauh ini belum terasa kontribusinya untuk memperkuat pemerintahan dan menjalankan program-program Kabinet Kerja," jelas Nico saat dihubungi Okezone, di Jakarta, Jumat (19/6/2015).

Menurut Nico, laporan kerja yang diserahkan para menteri kemarin akan dijadikan bukti otentik bagi Jokowi untuk menilai kejujuran dan obyektif tidaknya menteri-menteri dalam menyampaikan laporannya.

"Jika ada indikasi ketidakjujuran atau ketidakobyektifan, maka sudah cukup alasan bagi presiden untuk mengganti menteri-menteri tersebut," tegas Nico.

Nico menganggap, penilaian Jokowi terhadap para menterinya berdasarkan sejumlah poin seperti penyerapan anggaran, ketepatan realisasi program, kontribusi dalam penyelesaian masalah, serta implikasinya bagi kemajuan bangsa.

Tak hanya itu, Nico berharap Jokowi nantinya juga akan mengikutsertakan masyarakat dalam melakukan penilaian terhadap kinerja menteri-menterinya, seperti seberapa sering mereka muncul di media untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya.

asalnya, beberapa menteri dinilai hanya mengandalkan media untuk melakukan pencitraan demi mendapatkan nilai yang baik dari mantan Gubernur DKI Jakarta itu. "Sampai sejauh ini memang terlihat beberapa menteri masih mengalami disorientasi dalam pelaksanaan tugasnya, sehingga terkadang mereka sibuk mengurusi yang artifisial dan pencitraan, tapi tidak cukup fokus menangani masalah besar," tutup Nico.
(Okezone.com)

Posting Komentar

 
Top