SURABAYA POST -- HIV/AIDS masih jadi masalah besar di Indonesia. Jumlah penderita yang kian bertambah tiap tahun membuat berbagai pihak terus bergerak untuk menanggulangi masalah ini.



 
Pekan lalu, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jatim bekerjasama dengan HCPI (HIV Cooperation Program for Indonesian) mengembangkan program penanggulangan HIV/AIDS. Ini dilakukan guna menekan adanya penderita HIV/AIDS di Jatim.



 
Sekretaris KPA Jatim, Drs R Otto Bambang Wahjudi, mengatakan pengembangan program penanggulangan AIDS bersama HCPI dilakukan dengan memaksimalkan sumber daya yang ada di semua tingkat.



 
“Kita berusaha mendapatkan nama maupun alamat pengidap untuk selanjutnya mendapatkan penanganan intensif, baik secara medis, psikologis, spiritual, maupun kultural,” kata Otto.



 
Saat ini, Jatim menempati peringkat kedua di Indonesia dari segi jumlah penderita HIV/AIDS. Perkembangan HIV/AIDS di Jatim juga mengalami peningkatan signifikan. Otto mengatakan, pada September 2009 ditemukan 3.030 penderita AIDS di Jatim.



 
Jumlah itu meningkat tajam pada Desember 2009, di mana ada 3.234 penderita AIDS di Jatim. “Ini berarti ada peningkatan jumlah penderita sebanyak 204 orang dalam waktu tiga bulan,” kata Otto.



 
Hingga akhir 2009, jumlah penderita AIDS di Jatim sudah mencapai 8.196 orang. Jumlah itu masih jauh dari estimasi KPA, yakni 20.810 orang. Sedangkan tiga kelompok penderita terbanyak masih pekerja seks komersial, pengguna jarum suntik dan ibu-ibu rumah tangga.



 
“Sementara dari segi usia, penderita terbanyak adalah mereka yang berusia produktif, yakni antara 25-34 tahun,” kata Otto.



 
Guna mengatasi banyaknya penderita HIV/AIDS di Jatim, Otto mengatakan perlu adanya pencegahan dari hulu. Artinya, mereka yang masih sehat jangan sampai tertular virus HIV. Sementara mereka yang sudah tertular HIV jangan sampai jatuh ke stadium AIDS.



 
Sedangkan mereka yang sudah mengidap AIDS diupayakan agar jumlah yang meninggal bisa dikurangi.

Bersama HCPI, KPA Jatim menyasar pengguna jarum suntik dan penghuni lembaga pemasyarakatan (lapas) untuk penanggulangan HIV/AIDS.



 
Ada empat kabupaten/kota yang menjadi sasaran, yakni Surabaya, Sidoarjo, Kota Malang dan Kabupaten Malang. Keempat kabupaten/kota ini dipilih karena jumlah pengguna jarum suntik di sana paling banyak.



 
Di empat kabupaten/kota ini, HCPI menggandeng puskesmas untuk membagikan jarum suntik steril. Hal itu dimaksudkan untuk mencegah penularan melalui jarum suntik.



 
Selain HCPI, KPA Jatim juga bekerjasama dengan Global Farm ATM (AIDS tuberculosis malaria) untuk penanggulangan HIV/AIDS. Berbeda dengan HCPI, Global Farm bergerak melakukan identifikasi masalah melalui kegiatan yang komprehensif.



 
Ada delapan kabupaten/kota yang jadi sasaran. Di antaranya Surabaya, Sidoarjo, Banyuwangi, Jember, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten/Kota Kediri, Kabupaten Blitar dan Kota Malang.



 
Di delapan kabupaten/kota itu, kegiatan yang dilakukan Global Farm berupa intervensi untuk perubahan perilaku. Artinya, masyarakat diajak untuk hidup sehat, terutama mereka yang memiliki faktor risiko. Misalnya, mendorong para suami memakai kondom saat berhubungan badan dengan istri jika ternyata ia memiliki faktor risiko.



 
Otto berharap dengan dilakukan koordinasi dan pertemuan diharapkan semua anggota KPA atau LSM segera melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana cara mencegah dan menekan agar penderita HIV/AIDS bisa turun.



 
Jumlah Penderita AIDS di Jatim



 
September 2009 :3.030 orang

Desember 2009 : 3.234 orang

Total hingga akhir 2009 : 8.196 orang

Estimasi total penderita : 20.810 orang



 
Tiga Besar Penderita AIDS

1. Pekerja seks komersial (PSK)

2. Pengguna narkoba dengan jarum suntik

3. Ibu-ibu rumah tangga

  • VIVAnews 

Posting Komentar

 
Top