VIVAnews - Militer Israel kini sedang sibuk merazia para prajuritnya yang tengah keranjingan berselancar di laman jejaring sosial, Facebook. Para pimpinan pun mengingatkan anak buah akan bahayanya melakukan update status selama berdinas, apalagi saat di tengah suatu operasi militer.



Demikian pernyataan militer Israel seperti yang dipantau kantor berita Associated Press, Kamis 4 Maret 2010. Kampanye itu diberlakukan setelah pimpinan militer Israel membatalkan suatu rencana serangan ke wilayah Palestina di Tepi Barat setelah dibocorkan seorang prajurit lewat update status di Facebook.



"Mengunggah [upload] informasi yang rahasia ke laman jejaring sosial atau situs-situs dapat memberi informasi ke pihak lain yang ingin mengetahuinya, termasuk dinas intelijen asing atau musuh," demikian pernyataan militer Israel.



"Agen-agen intelijen musuh bisa memindai data lewat internet dengan menghimpun informasi-informasi menyangkut Angkatan Bersenjata Israel, yang bisa mengganggu suksesnya suatu operasi dan membahayakan pasukan," lanjut pernyataan itu.



Dengan demikian, semua prajurit Israel yang aktif berdinas dilarang mempublikasikan informasi rahasia, termasuk foto yang memuat data militer.



Salah satu cara kampanye anti-Facebook di barak militer adalah dengan menempatkan poster bergambar para pemimpin negara atau kelompok yang bermusuhan dengan Israel, yaitu Mahmoud Ahmadinejad (Iran), Bashar Assad (Suriah) dan Sheik Hassan Nasrallah (Hisbullah).



Di bawah foto masing-masing pemimpin itu terdapat logo Facebook dengan ikon "Friend Request" disertai tulisan "Memangnya kamu pikir semua orang itu teman?"

  • VIVAnews

Posting Komentar

 
Top