Belum lama ini beredar pesan melalui instant messenger yang mengatakan bahwa seorang dokter di sebuah rumah sakit di kawasan Jakarta Utara mendapati empat pasiennya yang sedang hamil ternyata mengidap HIV. Virus ini bukan diperoleh melalui hubungan seks bebas atau jarum suntik yang dipakai bergantian, melainkan karena tercemar peralatan yang dipakai untuk manicure dan pedicure. Bahkan disebutkan pula, kasus tersebut ditemukan dalam seminggu.

Pesan berantai ini tentu cukup mengusik para perempuan. Maklum, mani-pedi termasuk aktivitas yang digemari perempuan saat nyalon. Beberapa dari kita pun pernah mengalami jari tangan atau kaki terluka hingga berdarah akibat karyawan salon yang terlalu "bersemangat" mengangkat kulit mati. Yang menjadi pertanyaan, benarkah peralatan mani-pedi mampu menularkan virus HIV?



Prof dr Zubairi Djoerban, SpPD, KHOM, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam FKUI dan RSCM, kepada Kompas Female mengungkapkan sejumlah resiko penularan penyakit berbahaya melalui media tertentu yang seringkali terlupakan oleh kita.



* Alat-alat kecantikan

Alat-alat kecantikan seperti gunting kuku, gunting rambut, alat cukur, nail buffer, dan alat-alat lain yang digunakan oleh banyak orang, bisa berpotensi menyebabkan luka yang kemudian menularkan bibit penyakit, termasuk virus HIV/AIDS dan hepatitis. Penularan terjadi bila ada perdarahan atau luka akibat penggunaan alat-alat tersebut. Misalnya si pengidap HIV terluka dari penggunaan gunting kuku di salon, lalu alat yang sama digunakan oleh orang lain dan terjadi luka. Saat itulah terjadi penularan atau perpindahan virus.



''Virus HIV tidak bisa dimatikan dengan mencuci (peralatan tersebut) dengan air hangat saja. Setidaknya (peralatan) harus direndam alkohol,'' terang Zubairi.



Menurutnya, resiko penularan dengan cara ini memang amat rendah, tapi bukan tidak mungkin terjadi. ''Angka penularannya 0,3 persen. Artinya ada 3 dari 1000 orang yang mungkin tertular dari cara itu,'' ungkapnya.



* Alat-alat medis

Ada satu peristiwa di Atlanta, Amerika, dimana seorang dokter gigi menularkan virus HIV kepada pasiennya. Ternyata salah satu pasiennya mengidap HIV, sehingga peralatan yang digunakannya untuk menangani pasien tersebut menulari orang lain.



''Angka kejadian ini juga amat kecil, artinya alat-alat kesehatan juga bisa berpotensi menularkan virus HIV dan hepatitis. Syaratnya tetap, harus terjadi luka yang bisa menjadi perantara virus untuk masuk,'' papar Zubairi.



* Alat suntik atau pisau

Alat suntik atau pisau bedah juga bisa menularkan virus HIV/AIDS. Rata-rata kasus yang terjadi adalah pekerja medis yang membedah pasien HIV. Saat menutup jarum suntik bekas pakai pasien HIV mereka (pekerja medis) tertusuk, atau saat melakukan pembedahan tersayat pisau, demikian menurut Zubairi.



Cara ini juga bisa menularkan HIV atau hepatitis, tapi angka kemungkinan tertular bisa menurun hingga 80 persen jika pada saat terluka langsung meminum ARV (obat untuk menangkal virus HIV).



* Pemeriksaan endoskopi, akupuntur, alat-alat kecantikan, dan aborsi

Sesuai dengan informasi yang dimuat oleh majalah kedokteran, Journal Viral Hepatitis, alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan endoskopi (pemeriksaan tubuh bagian dalam dengan memasukkan alat), alat untuk menyedot (aborsi), gunting kuku (untuk mani-pedi), dan jarum akupuntur, amat besar potensinya untuk menularkan virus hepatitis C. Virus ini juga bisa menyebabkan kematian pada 10-20 tahun ke depan.



''Ujungnya sama dengan HIV, yaitu kematian. Bedanya HIV lebih cepat mematikan, yaitu 5-10 tahun,'' ungkap Zubairi.



Sumber berita

Posting Komentar

 
Top