Surabaya - Sejak menjadi wali kota tahun 2010 silam, Tri Rismaharini atau akrab disapa Risma bekerja keras menata kota. Salah satu di antaranya adalah membersihkan jalanan dari gelandangan, pengemis, dan orang gila. Meski baru diseriusi 2-3 terakhir, 'program' ini berhasil. Bagaimana caranya?

Dulu, seperti kota besar lain, Surabaya disesaki gelandangan, pengemis, dan orang gila. Mereka ada di perempatan, kolong jembatan, dan jalanan.

Untuk menangani hal tersebut, Risma menggunakan berbagai cara. Mulai dari sosialisasi Perda Kota Surabaya No 2 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat, razia, hingga penataan tempat penampungan. Selain itu, warga diedukasi agar tidak memberikan uang ke pengemis atau gelandangan.

Risma juga membentuk tim khusus untuk merazia. Namanya Tim Cobra. Mereka bertugas mengintai keberadaan gelandangan, pengemis, dan orang gila. Bekerja sama dengan Satpol PP, mereka kemudian bergerak dan menangkap.

Gelandangan dan pengemis yang tertangkap, tak cuma ditampung, tapi juga dididik. Mereka ditempatkan di Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih Surabaya dan ditangani perawat profesional sehingga mentalnya bisa disembuhkan. Pada April 2014 lalu, Risma memulangkan  52 'lulusan' Liponsos Keputih ke daerah masing-masing.

Saat ini, jalanan Kota Surabaya memang bersih dari gelandangan dan pengemis, tapi Liponsos Keputih over capacity. Berdasarkan data Juni 2015, jumlah penghuni mencapai 1.414 orang. Padahal kapasitas atau daya tampungnya hanya 650 orang. Namun Pemkot tak kehilangan akal. Mereka memanfaatkan lahan kosong dan menambah bangunan. Selain itu, Risma menekan penambahan anggaran untuk perawat baru.

Konsistensi penegakan perda dan penanganan pasca-razia membuat jalanan di Kota Surabaya bersih dari gelandangan dan pengemis. Bagaimana dengan kota Anda? (Detik.com)

Posting Komentar

 
Top