Merdeka.com - Sejauh ini sudah sembilan kali pesawat tempur Malaysia melintasi wilayah udara Indonesia di Ambalat tanpa izin.
Komandan Landasan Udara Tarakan, Letkol TNI AU Toipan Hutapea,
meminta kepada TNI memperketat penjagaan daerah Ambalat, Kalimantan
Utara. Sebab, beberapa bulan belakangan ini radar deteksi pesawat di
Tarakan, Kalimantan Utara, kerap menangkap aktivitas pesawat asing
melintasi wilayah perbatasan antara Malaysia dan Indonesia.
"Pesawat
negara tetangga beberapa kali terdeteksi masuk ke wilayah perbatasan.
Terhitung dalam setahun ini ada 9 pesawat asing yang melintas," kata
Toipan di Landasan Udara Tarakan, Kalimantan Utara, Rabu (10/6).
Menurut
Toipan, pesawat dengan seri SQ sering datang ke daerah perbatasan.
Biasanya pesawat asing itu ramai melintas pada Januari dan Mei.
Peristiwa itu terpantau Satuan Radar 225 Kosek II, kohanudnas di Tarakan, Kalimantan Utara.
Akibat insiden itu Indonesia dan Malaysia kembali bersitegang.
Menurut
komandan satuan radar Mayor Lek M Suarna, pelanggaran wilayah di
perbatasan memang seringkali dilakukan oleh pesawat Malaysia.
Seperti apa sesungguhnya perbandingan kekuatan militer Indonesia dan Malaysia di sekitar Ambalat?
Malaysia
tercatat mempunyai pesawat tempur F-18 Hornet untuk menggempur basis
pertahanan musuh. Pesawat berpenumpang dua orang ini didesain untuk
menyerbu target sasaran di darat. Bisa dioperasikan dari landasan udara
maupun dari kapal induk. Kecepatan maksimalnya 1,8 mach. Bisa
dioperasikan malam hari dalam segala kondisi cuaca.
Bersamaan
dengan serangan menggunakan F-18, Malaysia juga mengerahkan lima pesawat
tempur Hawk 208. Pesawat tempur ini bisa membawa bahan peledak seberat
680 kg. Bom bisa diluncurkan dengan panduan sinar laser di target.
Pilot
pesawat ini bisa mengintai sasaran dengan laser dan bahan peledak yang
diluncurkan. Pesawat tempur Hawk ini diturunkan bersamaan dengan tiga
F-18 Hornet.
Selain kekuatan udara, di perairan, kapal yang
dikerahkan Malaysia adalah Combat Boat 90 (CB90). Ini adalah jenis kapal
serang cepat yang diproduksi oleh perusahaan Swedia Dockstavarvet.
Kecepatan bisa mencapai 74 km/jam di perairan.
Kapal lain yang
dikerahkan adalah fregat FFG 29 KD Hang Jebat. Kapal ini diproduksi oleh
BAE Systems Surface Fleet Solutions yang bermarkas di Glasgow.
Sedangkan
kekuatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) bertumpu pada pesawat tempur
F-5 Tiger, F-16 Fighting Falcon dan Sukhoi. Bahkan pesawat Sukhoi buatan
Rusia itu sudah didatangkan ke Pangkalan Udara Tarakan, Kalimantan
Utara.
"Itu pesawat Sukhoi memang untuk menghancurkan bukan
menakut-nakuti lagi. Pelanggaran udara setelah bulan Januari langsung
menghilang karena diseganinya pesawat ini," kata Tiopan di Lanud
Tarakan, Kalimantan Utara (10/6). (Merdeka.com)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar