BERTEPATAN HUT Kota Yogya ke-259, pelajar mulai SD sampai SMA hingga staf pengajar mengenakan pakaian adat jawa, lengkap dengan blangkon (penutup kepala) hingga surjan (baju bagi laki-laki) dan jarik.
Mereka mengelar upacara bendera yang juga dengan bahasa jawa, seperti di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, SMP Steladuce I Dagen Yogya, dan masih banyak sekolah lainnya
Di SMP Pangudi Luhur, upacara dipimpin Aloysius Bambang Wiharyanto, guru mata pelajaran Bahasa Jawa, dan Fisika (IPA). Dia memberi materi pada peserta upacara dengan bahasa jawa.
Bambang mengaku, sekolahnya mengadakan upacara khusus untuk memperingati hari ulang tahun ke-259 Kota Yogyakarta. Pengalaman apel bersama dengan menggunakan busana adat Jawa dan bahasa Jawa merupakan pengalaman kali pertama mereka.
''Memang kalau apel dengan menggunakan aba-aba bahasa Jawa adalah pengalaman pertama. Kalau, mengenakan busana gagrag Jawa sudah biasa kami jalankan, pas hari Kamis Pahing," katanya.
Dia mengaku untuk aba-aba dengan bahasa jawa sudah mendapat panduan dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.
Selain itu, mengadakan upacara dengan gaja jawa ini sudah mendapat himbauan untuk memperingati HUT ke-259 Kota Yogyakarta di masing-masing sekolah.
"Ada himbauan dari dinas supaya mengadakan apel dan upacara bendera dengan pakaian jawa," jelasnya.
Ketika dapat surat edaran itu, kata dia, sekolah tempatnya menanggapi dengan senang hati. Menurutnya, ada beberapa manfaat positif yang didapat dari peringatan ini, yakni para siswa ikut diajak merasakan suasana ulang tahun kotanya.
"Siswa juga diajak untuk melestarikan dan mencintai budaya Yogyakarta yang juga sebagai kota Pelajar dan dan kota Budaya," katanyam.
SMP Pangudi Luhur 1, telah memasukkan Bahasa Jawa sebagai salah satu mata pelajaran bermuatan lokal yang diajarkan di sekolah.
Selain itu, untuk mendekatkan anak didiknya kepada adat dan budaya Yogyakarta ada beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung.
Misalnya latihan tari klasik, kerawitan, geguritan, dan kegiatan lain yang berhubungan dengan budaya Jawa termasuk mengenakan busana Jawa pada setiap hari Kamis Pahing terus dipertahankan.
Bambang menambahkan, bahkan ada siswa dari sekolahnya telah menjadi Dalang wayang kulit. Karena Kota Yogyakarta menyandang predikat kota pendidikan dan kota budaya, maka diharapkan budaya itu harus diajarkan dengan baik kepada para siswa.
''Kota Yogyakarta merupakan kota pendidikan, kota budaya. Kalau budayanya tidak ditanamkan pada pelajar, ya generasinya tidak akan berkelanjutan dengan baik,'' katanya.
Penanaman rasa cinta akan budaya (Jawa) kepada anak, kata dia, apat juga melalui kebiasaan kepada anak-anak. Seperti kebiasaan berpakaian (Jawa) pada Kamis Pahing.  "Lambat laun anak-akan tahu, blankon, ini jarik, ini sorjan dan lainnya,'' pungkasnya.
(Okz/jjs)

Posting Komentar

 
Top