Nilai tukar rupiah terus menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam sepekan ini.
Pada Jumat (9/10/2015), rupiah langsung melompat pada awal perdagangan di pasar spot hingga ke kisaran level Rp 13.400.
Bahkan berdasarkan data Bloomberg, pukul 11.30 WIB, mata uang garuda sempat bercokol di posisi 13.289.
Bank Indonesia (BI) menyatakan, penguatan rupiah itu, khususnya yang terjadi pada Jumat kemarin, bukan hanya disebabkan faktor eksternal.
Ada pula andil perbaikan fundamental di dalam negeri.
"Kelihatan bahwa penguatan rupiah yang sampai 4,4 persen dibandingkan kurs Korea atau Thailand itu menunjukkan bahwa penguatan pada hari ini (Jumat) bukan hanya karena faktor eksternal yang mendorong, melainkan memang ada faktor fundamental dari Indonesia," ujar Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Kantor BI.
Menurut dia, faktor domestik yang memengaruhi penguatan rupiahadalah keyakinan investor yang sudah tampak terhadap kondisi perekonomian saat ini.

Terlebih lagi, pemerintah, kata dia, telah melakukan reformasi struktural yang serius.
"Insya Allah ada paket (kebijakan) keempat, insya Allah untuk debirokratisasi dalam rangka mendukung investasi masuk. Devisa masuk mendorong terciptanya empowerment pemerintah sehingga mendorong sektor riil," kata dia.
Meski begitu, BI juga tak menampik adanya pengaruh dari risalah Bank Sentral AS, The Fed, bahwa data perekonomian AS melemah sehingga kenaikan suku bunga tak akan terjadi pada tahun ini.
Dibandingkan mata uang negara lain, penguatan rupiah kemarin, kata Mirza, cukup baik.
Sampai sebelum shalat Jumat, rupiah menguat 4,4 persen, ringgit Malaysia 3,4 persen, won Korea 1,2 persen, Taiwan 1,1 persen, dan baht Thailand menguat 0,4 persen.

(Tribunbatam/Yoga Sukmana)

Posting Komentar

 
Top