Meski tak semua orang bisa mengonsumsi hewan ini, nyatanya daging anjing atau kerap disapa B1 terbilang cukup banyak diminati warga Jakarta. Tak heran jika saat ini banyak kita jumpai rumah makan yang menyisipkan menu daging anjing, seperti rumah makan khas masakan anjing (lapo-lapo) di daerah Cililitan, Jakarta Timur.

Di daerah Cililitan ini, kita bisa menemukan daging anjing dengan beberapa variasi menu, seperti Saksang, yaitu masakan khas Batak Toba yang terbuat dari daging anjing, yang dicincang dan dimasak dengan menggunakan darah anjing itu sendiri. Serta menu lainnya yaitu rica-rica anjing, sop anjing, dan daging anjing panggang.

Seperti masakan daging anjing di Kompleks Mayasari, Cililitan, Jakarta Timur, rumah makan (lapo-lapo) milik Gerhani (32) ini sudah enam tahun menjual daging dengan aneka variasi menu. Semenjak didirikan, dirinya mengaku tak pernah sepi pengunjung.

"Menu berbahan daging anjing memang diminati banyak orang khususnya warga Jakarta asal Medan, Sumatera Utara," ucap Gerhani, saat ditemui di lapo miliknya, Rabu (30/9).

Gerhani menjelaskan, dalam penjualan yang terbilang sukses ini, sebagai sesama orang Medan yang juga gemar mengonsumsi daging anjing, tentunya sudah paham bagaimana harus mengolah masakan daging anjing sehingga pelanggan puas dan tak kecewa.

"Kita beli daging anjing dari pemotong daging langsung. Jadi kita lihat bagaimana kondisinya. Tak mungkin diberi obat atau semacamnya. Untuk berbuat curang semisal menaruh bahan pengawet sangatlah tidak mungkin. Sebab tekstur dan rasa daging anjing dapat diketahui secara langsung dan kasat mata," paparnya.


Selain itu, dirinya menjelaskan dalam memastikan daging dengan kondisi segar dan layak sebelum diolah, biasanya pemilik lapo akan memilih anjing mana yang akan dipotong untuk daging. Di situlah, mereka akan melihat kesehatan anjing tersebut dari kondisi badannya.

"Anjing yang berpenyakit biasanya bisa dilihat dari bola mata dan bentuk tubuh. Anjing yang sehat memilih sorot mata bersinar dan bertubuh gemuk, sedang anjing yang berpenyakit cenderung lesu dan kurus," ungkapnya.

Sementara itu, Benny selaku salah satu pengkonsumsi daging anjing menuturkan selalu memilih Saksang dibanding menu daging anjing lainnya.

"Saksang ini jika diibaratkan daging sapi, sejenis semur daging. Bedanya kalau semur daging bumbunya pakai kecap, kalau saksang pakai darah anjing itu sendiri," kata Benny saat diwawancarai, Rabu (30/9).

Benny menuturkan tak terlalu banyak mengonsumsi daging anjing tersebut. Dia biasa membeli daging anjing di lapo-lapo di Cililitan ini hanya sebulan sekali mengonsumsi B1, yang dibelinya dengan harga kisaran Rp 25.000 untuk tiap porsinya.

"Saya sebenarnya lebih suka daging Babi (B2). Soalnya daging babi itu lebih empuk dari daging anjing. Selain itu, saya juga agak tak tega makan daging anjing, sebab saya memelihara anjing di rumah," tuturnya.


 Meski laris di pasaran, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mewanti-wanti agar daging anjing yang disediakan harus benar-benar sehat dan tidak mengandung penyakit. Selain itu, untuk mengantisipasi masuknya penyakit rabies, Ahok pun berencana untuk menurunkan tim untuk memeriksa kondisi dan kelayakan daging anjing yang disediakan.

Ahok juga mengatakan, nantinya para penjual daging anjing, terutama di lapo-lapo dan tempat makan yang menyediakan menu tersebut, akan diperiksa oleh pihak Pemprov DKI Jakarta. Dirinya berharap, masyarakat pun mawas diri karena daging anjing tidak diawasi melalui pemeriksaan, oleh badan atau lembaga yang berwenang.

"Kita sedang siapkan aturannya supaya bisa tanya, kamu beli anjingnya di mana? Nyolong punya orang enggak?" ujar Ahok.

"Silakan masuk (daging anjing), tapi harus diperiksa, kayak daging sapi. Saya sih berharap orang mulai takut makan daging anjing, karena daging anjing enggak diperiksa," tutupnya.


[Mdk/dan]

Posting Komentar

 
Top