SLEMAN memiliki segudang wisata, baik pesona alam, heritage, hingga budaya lokal. Tiga bidang inilah yang membawa pariwisata Sleman dikenal.
Perlu kerjasama yang baik semua pihak, mulai dari pemerintah daerah maupun pelaku dunia pariwisata, seperti hotel dan restoran, agen travel wisata, pengelola wisata, hingga masyarakat di wilayah tersebut.
"Semua pihak perlu sinergi, kerjasama yang baik. Tanpa kerjasama yang baik itu sulit untuk memajukan dunia pariwisata, termasuk di wilayah Sleman," kata Ketua Komisi X DPR Bidang Pariwisata, Wiryanti Sukamdani dalam diskusi bersama Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta kepada Okezone, baru-baru ini.
Perlu ada strategi jitu agar wisatawan, baik lokal maupun mancanegara betah tinggal di tempat wisata. Dengan begitu, pemasukan yang didapat, baik oleh pengelola wisata maupun warga yang berkecimpung dalam dunia pariwisata juga semakin meningkat.
"Ambil contoh desa wisata, perlu strategi untuk mengangkat desa wisata supaya bisa menambah waktu tinggal wisatawan di Yogyakarta. Dengan sinergi yang baik, mampu datangkan lebih banyak kunjungan wisata," katanya.
Calon Bupati Sleman, Yuni Satia Rahayu mengatakan, pengalaman berwisata di lereng Merapi dan menyelami kehidupan warga di desa-desa wisata, merupakan salah satu tawaran yang bisa dikembangkan dunia pariwisata Sleman.
Sleman berbeda dengan wilayah lain di Yogyakarta, seperti Kabupaten Bantul, Gunungkidul, dan Kulonprogo yang memiliki panorama pantai nan indah di pesisir selatan.
"Sleman banyak dikenal dengan Gunung Merapi dan wisata heritage seperti Candi Prambanan, Ratu Boko, dan masih banyak peninggalan sejarah lainnya. Selain itu, yang tak kalah menarik adanya desa wisata," jelasnya.
Mantan Wakil Bupati Sleman 2010-2015 itu menyebut kegiatan budaya dan atraksi wisata keluarga yang dikerjakan pengelola desa wisata, bisa menjadi magnet Sleman untuk mengaet wisatawan. Dia menyebut lebih dari 30 desa wisata yang kini tumbuh di Sleman.
"Sleman memiliki banyak warisan budaya candi yang tersebar tak terpaut jauh dari satu tempat ke tempat lain, Candi Prambanan, Ratu Boko, Sambisari Kalasan, Candi Ijo, Barong, masih banyak lagi," katanya.
Belum lagi, lanjutnya, adanya desa wisata yang menyuguhkan setiap wisatawan dan keluarga bisa berlibur bersama-sama menikmati kesejukan alam pedesaan. Anak-anak dapat ikuti proses bercocok tanam dan belajar pola interaksi warga desa, dan adat kebiasaan yang ada.
Menurut dia, peran pemerintah daerah sangat dibutuhkan dalam pengembangan desa wisata, baik di sisi promosi potensi wisata secara rutin, juga peningkatan kapasitas pengelolaan desa wisata. Pengelola desa wisata harus bisa kerja sama dengan industri perhotelan dan restoran yang ada.
Dia mengaku memiliki program pengelontoran dana Rp50 juta pertahun untuk setiap dusun, jika kelak diberi mandat memimpin Sleman. Dana itu untuk penguatan kelembagaan, maupun memperbaiki infrastruktur, seperti jalan berlobang, maupun saluran irigasi persawahan.
"Akses jalan itu penting, orang menjadi sungkan ketika menuju tempat wisata, jalan yang dilalui jelek, berlubang," jelasnya.
Atraksi di desa wisata, disebutkan bisa sangat khas tergantung kondisi dan lokasi serta keunikan desa wisata yang ada di Sleman. Ada desa wisata Brayut, Pandowoharjo yang mengandalkan wisata minat khusus membajak sawah, hidup bersama warga desa.
Ada desa wisata Agro, desa wisata Kelor di Turi yang bisa jadi lokasi outbond di tengah kebun salak di lereng Merapi atau menikmati keindahan sunrise pagi di lereng Merapi dengan keliling lereng naik jeep dan lain-lain.
"Tantangannya, bagaimana pengelola wisata bisa tawarkan paket menarik agar waktu tinggal lebih lama," bebernya.
Untuk itu, perlu ada promosi yang tak henti dilakukan. Selain itu, memperbaiki sarana dan prasarana menjadi hal yang wajib guna mengaet wisatawan.
(Okz/jjs)

Posting Komentar

 
Top