KEBANGGAAN masyarakat Alor, Nusa Tenggara Timur akan kekayaan baharinya tergambar saat 50 kapal hias peserta ritual Gala Soro melaut di pantai Alor Kecil, Kabupaten Alor.
Ritual yang merupakan bagian dari Festival Bahari Alor 2015 ini dahulunya dilakukan suku-suku di Alor untuk menyambut pasukan pemenang perang. Penyambutan dilakukan dengan parade kapal hias dan tarian-tarian tradisional yang membakar semangat.
Usai perang adat, panglima perang pemenang kini diperankan oleh tetua adat datang mengenakan pakaian adat dan alat perang, seperti tombak, kelewang, dan panah, dengan dikawal puluhan kapal lain berisi para serdadu.


Rombongan lalu disambut oleh warga di tepi pantai dengan nyanyian dan tarian kemenangan. Setelah itu, pasukan menuruni kapal sambil menari cakalele untuk mengantar sang raja atau panglima ke podium untuk mengumumkan kemenangannya di medan perang. Di darat, warga menyambut dengan berbalas pantun sambil menari Lego-Lego.
Festival Bahari Alor, yang diadakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan dinas pariwisata setempat, ditujukan untuk menghidupkan kembali tradisi yang telah lama mati tersebut, sekaligus mendorong pemajuan sektor pariwisata Alor.
Selain menawarkan keindahan dan keanekaragaman biota lautnya, kabupaten di bagian paling ujung NTT ini juga kaya akan tradisi bahari.
Kepala Bidang Promosi Pariwisata Bahari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Haryanto, dalam sambutannya mengatakan Alor menyimpan potensi kelautan dan pariwisata bahari yang sangat besar.
"Kami berharap festival ini dapat membangun kebanggaan akan keindahan Alor dan mendorong pemajuan pariwisatanya sebagai penggerak ekonomi," tukasnya.
(Okz/jjs)

Posting Komentar

 
Top