BANTUL - Festival Gerobak Sapi (FGS) diselenggarakan untuk ketiga kalinya di Stadion Sultan Agung, Bantul, Yogyakarta pada tanggal 5 dan 6 September 2015 lalu. Namun berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini diselenggarakan di Bantul.
 
“Setelah dua tahun berturut-turut diselenggarakan di Stadion Maguwoharjo, Sleman. Tahun ini Festival Gerobak Sapi digelar di tempat yang berbeda, yaitu di Kabupaten Bantul,” ujar Ketua Panitia FGS 2015, Bowo Harso Nugroho, Sabtu (5/9/2015).


Dalam sambutan pembukanya, Bowo menyatakan pada tahun ini antusiasme peserta cukup tinggi hingga mencapai 227 gerobak sapi. Berbeda dengan tahun sebelumnya, kali ini terdapat beberapa jenis lomba yang diadakan. Perlombaan utama adalah karnaval gerobak sapi yaitu rentetan gerobak yang ditarik oleh dua ekor sapi mengelilingi rute jalan di sekitar Imogiri, Bantul, Yogyakarta.

“Lomba lainnya adalah modifikasi gerobak sapi sebagai wujud unjuk kreatifitas ala Yogyakarta. Ada 10 gerobak yang dihias sedemikian rupa dan dipamerkan di sebelah selatan Stadion Sultan Agung,” ujar Bowo.

Beberapa lomba lainnya adalah balapan gerobak sapi (cart race) yang diikuti oleh delapan peserta, lomba desain grafis, lomba fotografi dengan 125 peserta dari Jawa dan Bali, serta lomba swafoto (selfie) lewat media sosial saat acara berlangsung.

Acara yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata DIY ini dibuka langsung oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X. Saat sambutan, Sri Sultan HB X berharap bahwa nantinya festival ini dapat menumbuhkan ekonomi kreatif dari pembuatan gerobak sapi yang bisa menjadi potensi wisata baru dan juga menambahkan beberapa aspek kultural dalam desain gerobak sapi
“Akan menarik saat wisatawan dapat berkunjung ke objek wisata naik gerobak sapi. 

Ada potensi bisnis yang bisa mendukung pariwisata di Yogyakarta. Semoga saja perkembangan festival ini dari tahun ke tahun membawa nuansa yang jauh lebih bagus untuk wisata di DIY,” kata Sri Sultan.

Uniknya, para pengemudi gerobak sapi memiliki panggilan khusus yaitu Bajingan. Bajingan sendiri merupakan singkatan dari ‘Bagusing Jiwo Angen-angening Pangeran’ yang artinya orang yang punya hati mulia serta dikehendaki oleh Tuhan. Konon karena di zaman dulu mereka mengawal dan mengamankan hasil bumi yang diangkut untuk kemudian dijual. Di Yogyakarta, sudah ada komunitas untuk profesi Bajingan yang disebut Bajingers Community.

(Kompas.com)

Posting Komentar

 
Top