Jakarta - Waduk Jatigede, Sumedang, Jawa Barat sudah mulai diisi air. Setelah dilakukan pembebasan lahan, waduk ini akan menenggelamkan beberapa tanah desa yang menjadi dasar waduk ini.

Proses pembayaran uang kerohiman untuk warga terus dilakukan oleh pemerintah. Pro dan kontra pun mewarnai perjalanan pembangunan waduk ini. Berikut beberapa fakta proyek pembangunan Waduk Jatigede yang merupakan waduk nomor dua terbesar se-Indonesia ini:




Waduk Jatigede merupakan waduk terbesar kedua di Indonesia setelah Waduk Jatiluhur yang juga berada di Jawa Barat. Proyek ini digagas sejak 1963.

Pembebasan lahan untuk proyek waduk ini dimulai sejak 1970-an. Namun pembangunan bangunan bendungan baru dilakukan pada 2010.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono menjelaskan, kendala di balik molornya proses pembangunan waduk ini hingga 50 tahun lamanya.

"Masalahnya dari dulu lahan. Jadi ada warga yang kembali lagi menempati lahan yang sudah dibebaskan. Sampai sekarang pun masih sama, bahkan mungkin ada warga yang tahun 1970-an sudah mendapat ganti rugi, hari ini dapat lagi," ujar Basuki ditemui di Resto Jumbo, Sumedang, Minggu (30/8/2015) malam.

Waduk ini diharapkan punya banyak manfaat bagi warga sekitar dari mulai irigasi untuk areal pertanian seluas 90.000 hektar, yang tersebar di sejumlah wilayah seperti Majalengka, Sumedang, dam Indramayu.

Waduk Jatigede juga menghasilkan air baku 3,5 meter kaki kubik per detik, serta dapat menunjang operasional pembangkit listrik tenaga air (PLTA) berkapasitas 110 megawatt (MW), dan menangkal banjir.  


Ada 28 desa di Kecamatan Darmaraja, Wado, Jatigede dan Jatinunggal yang terkena dampak genangan Waduk Jatigede. Desa Jemah Kecamatan Jatigede, merupakan desa yang pertama kali digenangi air Sungai Cimanuk.

Dalam peraturan Presiden (Perpres) Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakat Pembangunan Waduk Jatigede, 28 desa itu disebutkan berada di lima kecamatan di Kabupaten Sumedang.

Di kecamatan Jatigede ada lima desa yang terendam, yaitu Desa Jemah, Ciranggem, Mekarasih, Sukakersa dan Cijeungjing.

Kecamatan Jatinunggal hanya ada dua desa, yaitu Desa Sirnasari dan Pawenang. Kemudian Kecamatan Wado, Desa Wado, Padajaya, Cisurat, dan Sukapura.

Sementara desa yang paling banyak terendam berada di Kecamatan Darmaraja. Ada 13 desa yaitu Desa Cipaku, Pakualam, Karangpakuan, Jatibungur, Sukamenak, Leuwihideung, Cibogo, Desa Sukaratu, Tarunajaya, Ranggon, Neglasari, Darmajaya.

Di Kecamatan Cisitu, Desa Pajagan, Ciguntung, Cisitu, dan Sarimekar tergenang Bendungan Jatigede.

Sekitar 10.920 kepala keluarga yang rumahnya terkena genangan sudah diberi uang ganti rugi dan dipindahkan ke wilayah baru yang disediakan Pemerintah.




Proyek pembangunan Waduk Jatigede sudah dimulai sejak 50 tahun lalu, namun baru mulai dikerjakan pada 2010.

Nilai investasi waduk ini adalah US$ 467 juta, atau sekitar Rp 6,5 triliun dengan kurs yang sekarang. Kontraktor waduk ini adalah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Waskita Karya Tbk.

Waduk ini punya banyak manfaat bagi warga sekitar dari mulai irigasi untuk areal pertanian seluas 90.000 hektar, yang tersebar di sejumlah wilayah seperti Majalengka, Sumedang, dam Indramayu.


Waduk Jatigede juga menghasilkan air baku 3,5 meter kaki kubik per detik, serta dapat menunjang operasional pembangkit listrik tenaga air (PLTA) berkapasitas 110 megawatt (MW), dan menangkal banjir. 



Denyut aktivitas warga di Desa Jemah berangsur mati. Dua pekan ke depan perkampungan di lokasi tersebut tenggelam oleh air Waduk Jatigede. Kenangan manis dirasakan penduduk setempat yang bermukim selama puluhan tahun.

Seorang warga Desa Jemah, Wahyar Mahyar (56) berkisah tentang tanah kediamannya itu. "Saya asli dari Desa Sukareksa. Dapat istri orang sini (Desa Jemah)," kata Wahyar membuka obrolan.

Wahyar dan keluarganya mendukung penuh program pemerintah berkaitan Waduk Jatigede. Dia menjelaskan, mayoritas penduduk Desa Jemah bekerja sebagai petani.

"Suasana Desa Jemah ini sangat aman. Tempatnya dulu begitu rimbun. Sekarang hutan gersang karena pohon-pohon dipotong untuk persiapan penggenangan Jatigede," ujarnya.

"Warga di sini sebenarnya enggak kekurangan secara ekonomi. Beras melimpah. Jadi enggak harus beli beras ke pasar. Tetapi cerita itu tinggal kenangan. Kami harus mengawali kehidupan baru lagi di desa lain. Kini saya dan keluarga pindah ke Desa Cisitu," tutur Wahyar lirih sambil sibuk mengangkut sepeda motor dan kursi ke mobil bak terbuka.

Untuk menenggelamkan Desa Jemah dibutuhkan waktu 18 hari. Sementara, untuk menenggelamkan 27 desa lain di Kecamatan Darmaraja, Wado, Jatigede, dan Jatinunggal, dibutuhkan waktu sekitar 6 bulan.

6. Nilai Investasi Waduk Jatigede Rp 6,5 Triliun

Proyek pembangunan Waduk Jatigede sudah dimulai sejak 50 tahun lalu, namun baru mulai dikerjakan pada 2010.

Nilai investasi waduk ini adalah US$ 467 juta, atau sekitar Rp 6,5 triliun dengan kurs yang sekarang. Kontraktor waduk ini adalah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Waskita Karya Tbk.

Waduk ini punya banyak manfaat bagi warga sekitar dari mulai irigasi untuk areal pertanian seluas 90.000 hektar, yang tersebar di sejumlah wilayah seperti Majalengka, Sumedang, dam Indramayu. Waduk Jatigede juga menghasilkan air baku 3,5 meter kaki kubik per detik, serta dapat menunjang operasional pembangkit listrik tenaga air (PLTA) berkapasitas 110 megawatt (MW), dan menangkal banjir.


(Dtk/jor/faj)

Posting Komentar

 
Top