Pemerintah telah menunjuk PT Pertamina (persero) untuk menjadi operator di Blok Mahakam mulai 2018 mendatang. Kontrak pengelolaan Total E&P Indonesie di blok tersebut berakhir di 2017.
 
Meski demikian, Pertamina mengakui kesulitan dan tidak mampu mengelola Blok Mahakam sendirian. Pemerintah menyarankan Pertamina agar tetap menggandeng Total E&P Indonesie yang telah berpengalaman.

Saham yang ditawarkan sebanyak 30 persen dan dibagi dua dengan Inpex Corporation, sedangkan Pertamina 70 persen.
Namun demikian, Total hingga kini masih belum memberi kepastian apakah mau menggarap Blok Mahakam berdua dengan Pertamina. Total masih menghitung benefit yang mereka dapat.

Vice President HR Communications General Services Total E&P Indonesie, Arividya Novianto mengatakan pihaknya sudah diskusi bersama Pertamina dan mereka (Pertamina) mengaku tidak bisa sendiri.

"Aset migas sebaiknya dikelola bersama. Keputusan pemerintah kan operator Pertamina dan Pertamina boleh share out, itu 30 persen," kata Novi dalam acara edukasi dan temu media, di Bogor, Jawa Barat, Jumat (4/9/2015).

Novi berharap, sebelum akhir tahun sudah ada keputusan Total apakah akan kembali ke Blok Mahakam atau cabut. Dia masih menunggu kontrak yang ditawarkan Pertamina.

"Kita bukan tidak menerima tapi belum, kita akan hitung apa ekonomis atau tidak. Mudah-mudahan baik dan sebelum akhir tahun bisa diputuskan," tegasnya.

Meski demikian, Novi tak mau disebut kondisi ini akan membuat 'nilai jual' Total menjadi tinggi. "Harapan kita adalah, tapi saya tidak mau menyebut karena itu dapur kita. Saya tidak bilang (jual mahal), janganlah, kita yakin Pertamina memberi term yang baik. 

Kita positive thinking saja karena ini kan win-win. Bagus buat negara, Pertamina, dan Total juga tentunya," tutupnya. [Mdk/idr]
(sw)

Posting Komentar

 
Top