Untuk pertama kalinya sejak bencana
Fukushima pada 2011 lalu, Jepang menghidupkan pembangkit listrik tenaga
nuklir perdana melalui aturan keselamatan baru.
Reaktor tersebut diperkirakan akan mulai menghasilkan listrik pada Jumat (14/08) mendatang dan mencapai kapasitas optimal bulan depan.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan reaktor nuklir dihidupkan setelah melalui ‘prosedur keselamatan paling pelik sedunia’.
“Saya ingin Kyushu Electric menempatkan keselamatan sebagai yang utama dan mengambil langkah kewaspadaan saat menghidupkan (reaktor) kembali,” kata Abe.
Semua pembangkit listrik tenaga nuklir telah dimatikan sejak bencana gempa dan tsunami pada 2011 mengakibatkan kebocoran radioaktif pada PLTN Fukushima.
Namun, pemerintah Jepang mengatakan memerlukan tenaga nuklir untuk memangkas biaya impor energi sekaligus mengurangi emisi CO2.
Dukungan pemerintah terhadap energi nuklir membuat sejumlah perusahaan listrik mengajukan langkah menghidupkan kembali 25 PLTN, meski mendapat tentangan publik.
Sistem keselamatan
Wartawan BBC di Tokyo, Rupert Wingfield-Hayes, melaporkan pengoperasian PLTN Sendai dibarengi dengan pemasangan sistem keselamatan baru senilai US$100 juta atau setara dengan Rp1,35 triliun.Pengoperasian reaktor nuklir yang dijalankan dengan menerapkan sistem keselamatan baru disetujui Badan Regulasi Nuklir Jepang pada September 2014 lalu. Menurut rencana, langkah itu akan ditiru reaktor nuklir kedua yang dijadwalkan beroperasi pada Oktober mendatang.
Akan tetapi, sejumlah pakar memperingatkan bahwa reaktor nuklir yang tidak bekerja selama bertahun-tahun akan mengalami masalah ketika dioperasikan kembali.
Di sisi lain, para warga setempat khawatir pengoperasian pembangkit listrik tenaga nuklir akan mendatangkan ancaman bahaya. Oleh karena itu, mereka melancarkan aksi demonstrasi di depan PLTN Sendai selama beberapa hari.
Turut bersama massa demonstran ialah Naoto Kan, perdana menteri Jepang yang menjabat sewaktu krisis Fukushima terjadi. Dia mengatakan kepada massa, “Kami tidak perlu pembangkit listrik tenaga nuklir.”
Naoto Kan beralasan bencana Fukushima telah menyingkap mitos tenaga nuklir yang aman dan murah. Sebaliknya, kata dia, PLTN berbahaya dan mahal.
Sedikitnya 16.000 orang meninggal dan lebih dari 2.500 lainnya dinyatakan hilang ketika gempa dan tsunami melanda pesisir Jepang pada Maret 2011. Kendati demikian, dari jumlah tersebut tiada yang terkait langsung dengan kebocoran radioaktif di PLTN Fukushima.
(Bbcindonesia/sw)
Posting Komentar