JOMBANG – Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama di Jombang, Jawa Timur, kembali diwarnai isu penculikan. Sebelumnya, isu penculikan diduga menimpa Katib ÁamPengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Malik Madani. Kali ini, sejumlah peserta diketahui tidak berada di pemondokannya masing-masing.
Ketua Unit Pelayanan Peserta di Pondok Pesantren Darul Ulum, Rejoso, Peterongan, Mu'in, mengungkapkan hingga Minggu 2 Agustus 2015 pihaknya hanya menampung 291 peserta. Jumlah itu jauh dari kuota yang ditetapkan oleh panitia berjumlah 513 peserta.
“Kami tidak tahu kemana perginya peserta yang seharusnya tinggal di pondok kami,” ujarnya di Jombang, Jawa Timur, Minggu (2/8/2015).
Pondok Pesantren Darul Ulum dalam rencana Seksi Akomodasi sebelumnya diploting untuk menampung peserta dari sejumlah wilayah cabang seperti Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Data yang berhasil dihimpun menyebutkan, dugaan penculikan peserta juga terjadi di dua pondok pesantren tuan rumah Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama lainnya. Pondok Pesantren Bahrul Ulum sebelumnya diploting menampung 804 peserta, namun hingga saat ini hanya ada 465 peserta.
Sementara di Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif, Denanyar, dari sebelumnya diploting menampung 798 peserta, saat ini hanya ada 438 peserta yang singgah.
Data sebaliknya justru terjadi di Pondok Pesantren Tebuireng. Sesuai dengan pengakuan KH Salahudin Wahid, saat ini di pondok pesantren yang diasuhnya itu terdapat lebih dari dua ribu peserta Muktamar. Padahal sesuai dengan ploting dari panitia pesantren, di tempat tersebut hanya akan menampung 900 peserta.
Ketua Panitia Daerah Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama, Saifullah Yusuf, mengakui adanya dugaan penculikan peserta muktamar.
“Saat ini kami masih verifikasi ulang, kok bisa namanya ada di registrasi tapi (orangnya) tidak ada di pesantren,” jelas Gus Ipul.
Meski demikian, Gus Ipul enggan menyimpulkan apakah dugaan penculikan peserta tersebut berkaitan dengan perebutan suara Muktamirin dalam Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama. “Yang jelas, hal itu sangat janggal,” pungkasnya. (fal)
(Okz/uky)
Posting Komentar