Belakangan ini Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sering tampil akrab dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Bahkan Mega memuji setinggi langit Risma di depan para kader PDIP lainnya.

Seperti saat acara sekolah partai angkatan kedua di Wisma Kinasih Depok, Jawa Barat, Selasa (21/7) kemarin. Mega dengan lantang berharap kader PDIP yang ingin menjadi kepala daerah meniru Risma. 


Risma yang ada duduk di barisan depan mendengar hal itu langsung senyum-senyum.

"Saya selalu angkat dua jempol untuk Mbak Risma," kata Megawati.

Sebelum acara dimulai, Mega dan Risma tampak akrab berbincang. Sesekali percakapan keduanya diselingi tawa. Keakraban keduanya mirip saat Megawati masih intens bertemu dengan Joko Widodo ( Jokowi) sebelum pilpres. Dalam berbagai acara, Jokowi selalu duduk di samping Mega dan selalu menjadi teman ngobrol.

Setelah menjadi presiden, Jokowi dan Mega jarang tampil bersama. Sempat muncul isu hubungan Mega dan Jokowi retak. Beberapa kali kabarnya Jokowi dan Mega berbeda pendapat. Paling santer adalah soal pencalonan Kapolri. Isu lain adalah soal komposisi kabinet.

Di tengah isu keretakan hubungan Mega dan Jokowi, Risma malah tampil akrab dengan Mega. Benarkah sekarang Mega lebih 'sayang' Risma daripada Jokowi?

Menurut pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi melihat pujian Megawati kepada Risma sebagai sinyal dukungan terhadap kader PDIP untuk terus berkiprah di panggung politik. Tidak menutup kemungkinan, usai memimpin Surabaya bisa jadi Risma akan mengikuti pola Jokowi yang dari Solo dilambungkan PDIP menjadi gubernur Jakarta


"Menarik jika melihat personalisasi politik dukungan Megawati terhadap kader-kadernya. Pola pembinaan kader potensial seperti Jokowi, Puspayoga yang dari wali kota Denpasar dinaikkan menjadi calon gubernur Bali walau gagal dan kini ke sosok Risma maka bisa jadi Risma akan mengisi bench pimpinan masa depan dari PDIP," ungkap Ari Junaedi.

Bisa jadi, jika Jokowi selama kepemimpinannya tidak memuaskan PDIP, maka di pilpres 2019 sosok Risma, Ganjar Pranowo atau Pramono Anung akan bisa menjadi kader alternatif bagi PDIP. Ari melihat, Megawati tidak salah jika mengorbitkan Risma mengingat sepak terjangnya memimpin Surabaya sangat luar biasa.

"Jika kepala daerah lain doyan korupsi, maka Risma punya keanehan yang mencolok yaitu gila kerja. Dan kita sangat sulit mencari pemimpin daerah seperti Risma,"jelas Ari Junedi yang mengasuh mata kuliah Humas Politik di Departemen Komunikasi FISIP UI ini.

[Okz/has/sw]

Posting Komentar

 
Top