SREBENICA – Perdana Menteri (PM) Serbia Aleksandar Vucic terpaksa kabur karena diserang dengan batu, botol, dan sepatu saat menghadiri peringatan 20 tahun Pembantaian Srebenica, Sabtu 11 Juli 2015 lalu. Pria berusia 45 tahun itu dikabarkan terkena lemparan batu di wajah dan merusak kacamata yang dikenakannya.

Vucic dikenal sebagai seorang nasionalis garis keras selama Perang Serbia-Bosnia pada 1992-1995. Dia adalah seorang pengikut ideologi “Greater Serbia” (Serbia Besar) yang menjadi penyebab pertumpahan darah di wilayah itu sejak runtuhnya Yugoslavia.

Meski dia telah menyatakan menganut paham pro-Barat, dan berusaha untuk bergabung dengan Uni Eropa, penolakan sebagian besar warga Serbia atas penyebutan genosida untuk Pembantaian Srebenica masih menimbulkan kemarahan bagi warga Bosnia.

“Apa dia tidak malu mengatakan bahwa peristiwa itu bukanlah genosida? Apa dia tidak malu datang ke sini?” kata Hamida Dzanovic yang kehilangan suaminya dalam pembantaian, sebagaimana dikutip Daily Mail, Senin, (13/7/2015).

Kejadian itu menimbulkan reaksi keras dari Serbia yang menyatakan akan mengirimkan nota protes kepada Bosnia. Menteri Luar Negeri Serbia Ivica Dacic menyebut serangan itu sebagai serangan terhadap Serbia.

“Dengan memutuskan untuk memberi penghormatan kepada para korban, PM Serbia telah bertindak seperti seorang negarawan. 

Kejadian ini adlaah salah satu efek negatif dari politisasi sebuah subjek yang telah membwa perpecahan dan kebencian bukannya sebuah rekonsiliasi,” kata Dacic dalam pernyataannya.

Pembantaian Srebenica adalah salah satu peristiwa dalam Perang Serbia-Bosnia yang terjadi pada 1992-1995. Dalam perang tersebut, Kristen Ortodoks Serbia berhadapan dengan penduduk Muslim Bosnia dan warga Katolik Kroasia.

Tercatat lebih dari 135 ribu orang tewas dalam konflik tersebut, 100 ribu di antaranya merupakan warga Muslim Bosnia. Pada 1995, PBB mengumumkan Srebenica sebagai wilayah aman bagi para pengungsi sipil Muslim.

Namun, pasukan Serbia tetap menyerbu ke kota yang hanya dijaga oleh ratusan pasukan penjaga perdamaian Belanda itu. Setelah Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) gagal memberikan bantuan ke Srebenica, pasukan Serbia menangkap dan melakukan pembantaian terhadap lebih dari 8000 pengungsi Muslim pada 11-13 Juli 1995.
(okz/hmr/sw)

Posting Komentar

 
Top