Sistem tumpangsari tanaman kayu putih – kedelai memiliki kelebihan yakni pemanfaatan lahan lebih optimal yang ditunjukkan oleh Nisbah Kesetaraan Lahan (NKT) atau Land Equivalent Ratio (LER) yang meningkat dari 1,0 menjadi 1.3-1.7, produk panen beragam, 

mengurangi resiko kegagalan panen, akibat penurunan harga  atau sebab lain seperti serangan hama/penyakit dan gangguan iklim, lebih cepat memperoleh penghasilan (kedelai panen umur 85-90 hari), memperoleh tambahan hasil dari tanaman yang ditanam pada musim ke dua, memperbaiki kesuburan tanah karena tambahan N dari rhzobium dan bahan organik dari serasah tanaman kacang-kacangan, mencegah erosi, dan menyediakan pakan ternak. 

Potensi lahan hutan kayu putih di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat seluas 8.000 ha. Kedelai dapat ditanam pada lorong di antara tanaman kayu putih secara tumpangsari. Sistem tanam ini, selain memberikan keuntungan berupa peningkatan produktivitas lahan, juga dapat memberikan keuntungan finansial bagi petani penggarap lahan Perhutani. Pola tanam di hutan kayu putih padi – kedelai, dengan pola tanam ini kedelai yang di tanam bulan Februari dan panen pada bulan Mei sesuai untuk penyediaan benih kedelai sawah yang mempunyai pola tanam Padi – Padi – Kedelai. Kondisi seperti ini sesuai dengan program Mandiri Benih Kedelai di suatu kawasan melalui sistem JABALSIM (Jalur Benih Antar Lapang Antar Musim).

Berdasarkan hasil ubinan pada saat panen perdana kedelai di lahan kayu putih dari Gapoktan Sanca Jaya, Desa Sanca, Kecamatan Gantar, Indramayu binaan BPTP Jawa Barat yang dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2015 dapat mencapai 1,2 – 1,6 t/ha kedelai kering. Jika diproses menjadi benih 1 ton/ha maka akan tersedia benih 8.000 ton.

Pada saat yang sama juga dilakukan temu lapang dan sosialisasi pemahaman pengendalian hama terpadu yang dihadiri sekitar 100 petani penggarap lahan kayu putih milik Perhutani, para penyuluh pertanian, petugas POPT, petugas BP DAS Citandui, peneliti dan penyuluh BPTP Jawa Barat, dan sebagai narasumber Prof. Dr. Marwoto dari Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Ubi (Balitkabi).
Kondisi OPT di pertanaman kedelai populasi rendah atau di bawah ambang kendali, dominasi OPT hama pemakan daun (ulat grayak). Kendala dalam pengembangan kedelai di lahan kayu putih antara lain tanam tidak serempak, pertanaman yang di tanam bulan April menderita kekeringan, tenaga kerja terbatas, serta benih bantuan terlambat sehingga memakai benih sendiri.

Ketua Gapoktan Sanca Jaya, Tjasma mengatakan untuk tahun depan akan diusahakan tanam serempak agar tidak terjadi kekeringan seperti sekarang ini. Himbauannya agar benih bantuan dan sarana produksi dapat diterima tepat waktu dan tidak kalah pentingnya adalah jaminan harga yang diterima petani dari pemerintah. Temu lapang dikoordinasi oleh  BPTP Jawa Barat, LO Kecamatan Gantar Atang Muhammad Safei, dan Tri Hastini. (Litbang.pertanian)

Posting Komentar

 
Top