KBRN, Jakarta: Meski baru akan dibuka resmi dua hari lagi, perburuan medali pesta olahraga bangsa-bangsa di asia tenggara SEA Games ke-28 di Singapura sudah dimulai. Kontingen Indonesia sementara sementara masih harus prihatin karena belum memperoleh medali, ketinggalan dari tuan rumah Singapore, Thailand, Vietnam dan Malaysia. Keprihatinan ditambah lagi dengan kegagalan tim sepakbola Indonesia yang  menyerah 2-4 atas tim Myanmar pada pertandingan pertama.

Memang, SEA Games masih akan berlangsung hingga tanggal  16 Juni mendatang, dan medali emas yang diperebutkanpun baru 2 buah, dari cabang tenis meja. Berarti masih ada sekitar 400_an medali emas yang akan diperebutkan, termasuk untuk cabang-cabang yang diandalkan Indonesia seperti Atletik, dayung, pencak silat, dan tenis lapangan.  Namun bukan berarti perjuangan atlet-atlet Indonesia akan mudah untuk mencapai target yang dicanangkan Menpora sebagai runner up dalam perolehan medali.
Berbicara prestasi olahraga, harus diakui atlet-atlet Indonesia hampir dalam dua dasa warsa  terakhir ketinggalan dari negara-negara tetangga ASEAN Betapa sulitnya kontingen Indonesia  tampil sebagai juara umum atau bahkan untuk masuk 3 besar perolehan medali. Tidak seperti  tahun 1977 hingga tahun 2007, dimana dalam 11 kali keikutsertaannya Indonesia selalu merajai pesta olahraga negara-negara ASEAN.  Sembilan kali juara umum, dua kali runner up. Indonesia baru berhasil meraih kembali predikat juara umum pada  SEA Games ke-26 tahun 2011, saat bertindak sebagai tuan rumah di Palembang dan Jakarta.
Kini dalam SEA Games 28 di Singapura, Menpora mencanangkan target tampil sebagai runner up perolehan medali. Apakah target itu akan terpenuhi ? Tentu  merupakan harapan sebagian besar rakyat Indonesia, agar kontingen  beranggotakan 522 atlet yang mengikuti 32 cabang olahraga ini dapat berprestasi maksimal dan memenuhi target sebagai  pengumpul medali terbanyak kedua, diantara sebelas negara peserta.  Satu target yang cukup berat, tetapi bukan mustahil untuk dicapai atlet-atlet Indonesia.
Di banyak negara, terutama Amerika dan Eropa, olahraga adalah industri. Dalam konteks ini, olahraga tidak saja dituntut mencapai prestasi tinggi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan dan penghasilan negara. Di bagian dunia lain, khususnya negara ketiga dan terbelakang, olahraga adalah sarana promosi atas keberadaannya sekaligus kompensasi atas keterbelakangan ekonomi, sosial, dan politik. Kuba sangat serius menyiapkan atlet tinju. Mengalahkan Amerika Serikat dalam ajang Olimpiade menjadi obsesi dan kebanggaan nasional. Bagi negara-negara Afrika, pencapaian prestasi olahraga, terutama sepak bola, penawar bagi kesulitan hidup mereka.
Indonesia sudah seharusnya juga menempatkan olahraga sebagai prioritas.  Prestasi, kebanggaan, dan Martabat Bangsa  menjadi tujuan utama. Untuk mencapainya diperlukan kerja keras, tidak hanya oleh atlet dan pembinanya, tetapi juga oleh pemerintah.  Apalagi kalau kita melihat masih carut marutnya pembinaan olahraga di tanah air.  Dualisme KONI dan KOI, dualisme kepengurusan  sebagian induk cabang olahraga, Kasus korupsi yang menyangkut pembangunan sejumlah fasilitas olahraga seperti kasus Hambalang dan Kompleks stadion Jakabaring Palembang, hingga korupsi yang terkait dengan pengadaan fasilitas olahraga di sejumlah daerah. Terkahir,permasalahan antara PSSI dengan Kemenpora. Tentu ini sangat jauh dari nilai dasar olahraga yang mengedepankan sportifitas.
Apapun hasilnya, SEA Games Singapore harus menjadi momentum untuk mengembalikan pembinaan olahraga Indonesia pada jalur yang sebenarnya.  Jauhkan Olahraga dari kepentingan pribadi atau golongan, apalagi kepentingan politik.

Selamat berjuang para atlet dan official Indonesia.  Garuda di dadamu, kebanggaan dan martabat Bangsa di kancah olahraga Asia Tenggara kami gantungkan kepada  kalian. (Danang Prabowo)
 
Sumber : RRI.co.id

Posting Komentar

 
Top