Video jebak atau video trap yang di pasang oleh tim riset World Wide Fund (WWF)-Indonesia di Sumatera bagian tengah berhasil merekam gambar harimau betina dan dua anaknya untuk pertama kalinya.



"Memperoleh cuplikan video tersebut hanya dalam jangka waktu satu bulan setelah pemasangan kamera video merupakan suntikan moral yang sangat berarti bagi tim kami di lapangan," kata koordinator Tim Riset Harimau Sumatera WWF-Indonesia Karmila Parakkasi, melalui siaran pers di Jakarta, Kamis (7/1).



Meski berhasil mendapatkan gambar induk dan anakan Harimau Sumatra, Karmila merasa khawatir karena hutan di kawasan tempat memperoleh video serta foto harimau tersebut terancam oleh pembukaan lahan oleh dua perusahaan pulp dan kertas raksasa, perkebunan kelapa sawit, serta perambahan dan penebangan liar.



"Yang menjadi pertanyaan, bisakah anak-anak harimau tersebut tumbuh besar di lingkungan seperti ini?," lanjutnya.



Setelah beroperasi selama satu bulan, kamera video otomatis bersensor itu berhasil mendokumentasikan foto keluarga harimau Sumatera saat mereka berjalan melintasi dan mengendus video jebak tersebut.



Selain mendapatkan gambar harimau betina dan dua anaknya, video jebak yang dipasang tersebut juga mendapatkan gambar harimau jantan dan satwa burunya yaitu babi hutan dan rusa, dan satwa lainnya seperti tapir, monyet ekor panjang, landak, dan luwak.



Video jebak bekerja dengan sensor infra merah itu, teraktifasi otomatis saat sensor tersebut mengidentifikasi panas tubuh yang melintasinya.



Piranti ini menjadi alat yang sangat penting dalam upaya mengidentifikasi individu harimau guna memonitor populasi serta habitat di wilayah jelajahnya.



Rekaman video trap yang dipasang di antara dua wilayah konservasi Suaka Margasatwa Rimbang Baling dan Taman Nasional Bukit Tigapuluh di Propinsi Riau dan Jambi, memberikan informasi ilmiah dan unik mengenai tingkah laku satwa dilindungi tersebut.



Tim Riset Harimau WWF sejauh ini telah memasang empat kamera video jebak di kawasan jelajah harimau yaitu di antara dua wilayah konservasi Suaka Margasatwa Rimbang Baling dan Taman Nasional Bukit Tigapuluh.



Kawasan ini merupakan koridor satwa atau hutan yang bersambungan dan memungkinkan perpindahan satwa dari satu tempat ke tempat yang lain.



Hanya saja beberapa bagian di wilayah tersebut sudah atau akan dialihfungsikan oleh perusahaan pulp dan kertas.



Pembukaan hutan alam tersebut akan mempengaruhi kelestarian harimau di wilayah tersebut.



Setelah lima tahun penelitian harimau menggunakan kamera jebak (camera trap) yang menghasilkan gambar tak bergerak, pada September 2009 WWF mulai menggunakan video jebak (video trap) untuk melengkapi temuan-temuan sebelumnya.



Hasilnya, pada Oktober 2009 untuk pertama kalinya di kawasan tersebut induk harimau beserta anaknya dapat didokumentasikan dengan video jebak saat berada di alam.



Karmila mengatakan saat ini diperkirakan hanya terdapat sekitar 400 ekor harimau Sumatra di alam liar dengan status kritis terancam punah di mana keberadaannyaterus terancam oleh rusaknya habitat, dan perdagangan serta perburuan ilegal.



Temuan video ini didapatkan hampir berdekatan waktunya dengan peluncuran kampanye Year of Tiger yang akan dimulai secara serentak secara global pada 14 Februari 2010, yaitu bersamaan dengan dimulainya tahun harimau dalam kalender penanggalan China (Imlek).



Kampanye ini akan dilaksanakan di sejumlah negara, termasuk Indonesia, yang merupakan daerah sebaran harimau untuk meningkatkan kesadaran mengenai konservasi harimau.



Selain itu kampanye juga akan mendorong komitmen politis perlindungan harimau dari para Kepala Negara yang hadir dalam pertemuan tingkat tinggi Tiger Summit bulan September mendatang di Vladivostok, Rusia.



Pertemuan dengan tuan rumah Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin itu didukung WWF dan sejumlah mitra lainnya yang tergabung dalam The Global Tiger Initiative.



Spesies harimau di seluruh dunia saat ini hanya tersisa 3.200 ekor yang meliputi enam sub-spesies yaitu harimau Sumatera, Bengal, Amur, Indochina, Cina Selatan, dan Malaysia.



Tahun Harimau kali ini bisa saja merupakan kesempatan terakhir kita untuk menyelamatkan harimau jika tidak ada upaya serius dalam menyelamatkan spesies karismatik ini.(INILAH.COM)

Posting Komentar

 
Top