Setahun sudah tempat 'esek-esek' kondang di Surabaya, gang Dolly dan Jarak, ditutup. Ibu-ibu rumah tangga yang dulunya mendapat penghasilan dari para PSK Dolly pun kini sudah beralih profesi menjadi wirausaha. Dan salah satu produk mereka yang terkenal adalah "Samijali".
Memang, saat gang Dolly dan Jarak masih jaya-jayanya, ibu-ibu yang rumahnya berada di daerah itu banyak yang mencari nafkah sebagai tukang cuci para PSK atau penjual nasib bagi para 'pemburu syahwat'.
Namun, setelah mendapat penyuluhan dari Gerakan Melukis Harapan (GMH), ibu-ibu di Dolly dan Jarak mulai memproduksi kerupuk dari bahan singkong tumbuk atau samiler. Nah, Samijali sendiri adalah merek dari kerupuk tersebut, singkatan dari Samiler Jarak-Dolly.
Kampung yang ditunjuk sebagai pusat produksi Samijali adalah Putat Jaya Gang 4A. Pengrajin Samijali di sana mendapat pasokan Samiler mentah dari Sidoarjo dibantu oleh GMH. Tugas ibu-ibu tersebut adalah menggoreng, menambah rasa, dan mengemas produk. Samijali sendiri tersedia dalam banyak pilihan rasa, mulai dari keju, sapi panggang, sampai original.
Kerupuk renyah yang juga tersedia rasa pedas baladonya ini sudah terkenal di Surabaya sebagai oleh-oleh khas Dolly. Bahkan, ketika ada acara Pemkot, Samijali kerap hadir.
Pemesanan minimal Samijali sendiri biasanya sekitar 50-350 pak, tetapi ketika sedang ramai jumlah pesanan bisa meroket sampai kisaran 1000-1500 pak. Guna mempermudah pemasaran, Samijali pun sudah mulai dijual secara online dibantu oleh GMH.
Meskipun kepopuleran Samijali terus menanjak, ibu-ibu di gang Dolly mengaku pendapatan dari wirausaha Samijali jumlahnya cukup jauh dari pendapatan mereka saat praktik prostitusi di gang Dolly masih ada.
Akan tetapi, hal itu tidak menjadi masalah serius bagi mereka. Sebab, ada manfaat lain yang ibu-ibu bisa rasakan pasca Dolly di tutup, yakni kebahagiaan anak-anak mereka yang dulu disebut minder jika disebut tinggal di gang Dolly.
"Kalau dulu (waktu Dolly buka) saya jualan nasi 3-4 kilogram habis. Dari segi ekonomi ada perubahan sedikit meskipun tidak sebanyak saat ada lokalisasi. Meskipun tidak banyak tapi kita senang," ujar Bu Yayuk, salah satu pengrajin Samijali.
[Mdk/bbo]
Posting Komentar