JAKARTA Fashion Week (JFW) 2016 tidak hanya menjadi platform bagi para desainer untuk memamerkan tren mode. JFW 2016 juga membuka peluang para desainer masuk ke pasar yang lebih luas.
Melalui buyer room dalam program fashion link, JFW tahun ini siap menjembatani desainer dengan para buyer. Nantinya, ada berbagai buyer baik dari dalam maupun luar negeri yang hadir di JFW 2016.
“Semua sedang proses. Tahun lalu dari Eropa, Asia, Singapura, Kuala Lumpur, dan banyak juga yang buyer untuk online. Untuk tahun ini sama saja dan mungkin bisa lebih banyak,” tutur Lenni Tedja, Direktur JFW di Magnum Cafe, Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (27/8/2015).
Untuk buyers room, nantinya diikuti oleh para pelaku mode yang terlibat dalam Indonesia Fashion Forward (IFF). Menurut Lenni, total pelaku mode untuk buyers room yang berpartisipasi ada 40 peserta.
“Ada 40 desainer dari batch pertama. Mereka dibagi ada yang ada ready to wear dan dibagi lagi ada yang kasual, premium, luxury dan modest wear,” imbuh Lenni Tedja.
Sementara itu, IFF sendiri merupakan program pengembangan kapasitas para desainer untuk menembus pasar internasional. Program ini merupakan hasil kerja sama antara Badan Ekonomi Kreatif dan British Counsil melalui Center for Fashion Enterprise (CFE) atau lembaga pengembangan bisnis bagi label ataupun desainer baru di Inggris.
Melalui program tersebut, diharapkan desainer dan label Indonesia mampu menggairahkan
Tahun ini, IFF sudah memasuki generasi keempat. Ada 10 desainer dan label yang masuk sebagai binaan, di antaranya Lotuz, Alex[a]lexa, Ria Miranda, Sean & Sheila, Lekat, Java Diva, I.K.Y.K, Valentino Mutiara, D’leia, Shop at Velvet. Label dan desainer tersebut tentu saja diharapkan bisa sesukses generasi sebelumnya, seperti Major Minor, Cotton Ink, Patrick Owen, Albert Yanuar, Nur Zahra, Etu hingga Tex Saverio yang kini dikenal komunitas fesyen internasional.
“Kita memasuki tahun empat dan kali ini lebih variatif. Tidak hanya baju, tapi juga aksesori,” tutup Lenni Tedja.
Melalui buyer room dalam program fashion link, JFW tahun ini siap menjembatani desainer dengan para buyer. Nantinya, ada berbagai buyer baik dari dalam maupun luar negeri yang hadir di JFW 2016.
“Semua sedang proses. Tahun lalu dari Eropa, Asia, Singapura, Kuala Lumpur, dan banyak juga yang buyer untuk online. Untuk tahun ini sama saja dan mungkin bisa lebih banyak,” tutur Lenni Tedja, Direktur JFW di Magnum Cafe, Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (27/8/2015).
Untuk buyers room, nantinya diikuti oleh para pelaku mode yang terlibat dalam Indonesia Fashion Forward (IFF). Menurut Lenni, total pelaku mode untuk buyers room yang berpartisipasi ada 40 peserta.
“Ada 40 desainer dari batch pertama. Mereka dibagi ada yang ada ready to wear dan dibagi lagi ada yang kasual, premium, luxury dan modest wear,” imbuh Lenni Tedja.
Sementara itu, IFF sendiri merupakan program pengembangan kapasitas para desainer untuk menembus pasar internasional. Program ini merupakan hasil kerja sama antara Badan Ekonomi Kreatif dan British Counsil melalui Center for Fashion Enterprise (CFE) atau lembaga pengembangan bisnis bagi label ataupun desainer baru di Inggris.
Melalui program tersebut, diharapkan desainer dan label Indonesia mampu menggairahkan
Tahun ini, IFF sudah memasuki generasi keempat. Ada 10 desainer dan label yang masuk sebagai binaan, di antaranya Lotuz, Alex[a]lexa, Ria Miranda, Sean & Sheila, Lekat, Java Diva, I.K.Y.K, Valentino Mutiara, D’leia, Shop at Velvet. Label dan desainer tersebut tentu saja diharapkan bisa sesukses generasi sebelumnya, seperti Major Minor, Cotton Ink, Patrick Owen, Albert Yanuar, Nur Zahra, Etu hingga Tex Saverio yang kini dikenal komunitas fesyen internasional.
“Kita memasuki tahun empat dan kali ini lebih variatif. Tidak hanya baju, tapi juga aksesori,” tutup Lenni Tedja.
Posting Komentar