JAKARTA -
Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai kesalahan dalam mengambil suatu
kebijakan lebih berbahaya dibandingkan dengan kasus korupsi. Menurut
dia, penyakit terberat yang menjatuhkan banyak negara adalah salah
mengambil kebijakan moneter.
"Banyak pengalaman di banyak negara, sering kita berteori, menganggap
bahwa penyakit yang terbesar dalam suatu negara ini adalah korupsi.
Padahal sebenarnya, penyakit terbesar yang menjatuhkan banyak negara
adalah salah mengambil kebijakan moneter.
Itu yang terbesar dalam
sejarah banyak kegiatan di dunia ini," kata Kalla saat menghadiri
peringatan ulang tahun Institute for Development of Economic and Finance
di Jakarta, Rabu (12/8/2015).
Menurut Kalla, kesalahan pemimpin dalam mengambil kebijakan, terutama
yang berkaitan dengan kebijakan moneter memiliki dampak yang panjang
bagi suatu negara. Atas dasar itu lah persoalan ini dinilainya lebih
berbahaya dibandingkan dengan korupsi.
Kalla mencontohkan kesalahan pemerintahan yang menjamin perbankan
pada krisis 1998 sehingga berujung pada skandal utang Bantuan Likuiditas
Bank Indonesia (BLBI). Akibat kebijakan ini, kata Kalla, pemerintah
harus membayarkan utang BLBI setiap tahunnya dalam jangka panjang.
"Kalau Anda lihat dalam APBN slalu muncul bunga cicilan yang tahun
ini kira-kira Rp 180 triliun, jadi itu akibat masih sebagian besarnya
akibat BLBI, BLBI akibat pemerintah menjamin perbankan, itu kesalahan
utama waktu mengatasi krisis 1998," ucap dia.
Terkait korupsi, Kalla mengakui bahwa salah satu tindak pidana khusus
itu berbahaya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Kendati demikian,
menurut dia, upaya pemberantasan korupsi di Indonesia cenderung
berlebihan. Penindakan korupsi yang dilakukan selama ini dianggapnya
menimbulkan ketakutan jajaran pemerintah untuk memutuskan kebijakan.
"Bayangkan, delapan menteri, 19 gubernur, puluhan anggota DPR, empat
ketua partai. PPP juga ketahuan walaupun gambarnya ka'bah. Jadi sekarang
Anda tidak boleh lagi periksa kebijakan agar tidak ada ketakutan," ucap
Kalla.
(Kompas.com)
Posting Komentar