SOLO - ‎Angger Abdul Triaji (9) dan Sasiarti Satsuni (11), dua anak yang sempat hilang di Puncak Gunung Lawu bersama lima pendaki lain, tampak asyik menonton televisi.

Sesekali dua bocah ini tertawa lepas saat melihat film kartun di TV. Keduanya seakan telah melupakan kejadian tersesat dan hilang di Puncak Gunung Lawu

Sedangkan kakak mereka, Revi Riferi (18), tengah tertidur karena kelelahan.
Tak lama kemudian Arif, ayah dari kedua bocah dan biasa disapa Gendon, memanggil Sasi lalu memberitahukan kalau ada guru serta kepala sekolah mereka datang ke rumah.

Awalnya Gendon sempat keberatan bila anak-anaknya dipublikasikan media. Namun, akhirnya Gendon memperbolehkan. Terlihat Sasi dengan lugu menceritakan pengalaman bertahan hidup di Puncak Gunung Lawu pada suhu ekstrem.

Sasi mengungkapkan, mereka tak hanya berjuang di tengah dinginnya suhu Puncak Gunung Lawu. Sasi juga harus berusaha keras menenangkan adiknya Abdul yang terus menangis meminta pulang.

Di satu sisi, perbekalan yang mereka bawa semakin menipis. Sehingga, mereka bertujuh sering kali menahan lapar dan haus.

"Ya takut juga kalau tidak ketemu. Adik menangis terus minta pulang. Terus, makanan dibagi-bagi sama rata. 

Minum pakai tutup botol biar tidak habis. 
Bawa bekal apel, roti, berry, tapi sudah habis," jelas Sasi saat ditemui Okezone, di rumahnya, Pucangsawit RT 05 RW 01, Jebres, Solo, Jawa Tengah, Kamis (30/7/2015).

Sasi juga bercerita, awal mereka tersesat saat bertemu rombongan lain yang menyarankan melewati jalan trabas untuk mempersingkat waktu.

Namun justru karena mengikuti saran tersebut, dirinya dan rombongan jadi tersesat serta tertahan di Puncak Gunung Lawu.

"Kalau tetap lewat jalan biasa, tidak mungkin tersesat. Tapi menuruti saran dari pendaki lain, jadinya tersesat," ungkap Sasi lagi
.
Sebenarnya Gunung Lawu bukan tempat asing bagi Sasi. Sebab, ayahnya yang merupakan relawan yang tergabung dalam Organisasi Relawan Anak Gunung Lawu ini sudah sering mengajak dirinya naik ke puncak.

Bahkan, Sasi sendiri mengungkapkan sudah dua kali naik Puncak Gunung Lawu dengan diantar ayahnya. Sasi mengatakan sangat suka melihat melihat matahari terbenam dari atas puncak.

Meski dirinya masih kecil dibandingkan lima orang lainnya, Sasi bisa berpikir jernih saat dirinya menyadari kalau tersesat, akhirnya Sasi meminta teman-teman lainnya untuk bertahan di Sendang Drajat hingga tim evakuasi tiba.

Dipilihnya Sendang Drajat untuk bertahan karena berdasarkan pengalaman orangtuannya. Lokasi ini juga sering didatangi tim evakuasi.

Benar saja, sebenarnya saat dirinya dan rombongan berada dalam tenda sempat mendengar suara rombongan pendaki lain. 

Namun mereka lewat begitu saja, seolah-olan tenda mereka tidak terlihat sama sekali (kasat mata).

Bahkan ayahnya, Gendon, sempat melakukan penyisiran di Sendang Drajat. Namun saat itu Gendon mengatakan tak melihat adannya tenda di lokasi Sendang Drajat.

Saat ditanya, Sasi mengaku tidak merasa kapok. Bahkan, Sasi masih berani kembali naik ke Puncak Gunung Lawu setelah kejadian ini.
"Mau naik lagi, tapi sama ayah," jawabnya malu-malu.
(Okz/crl/sw)

Posting Komentar

 
Top