BATAM - Kemarau panjang yang terjadi sejak Januari 2015 lalu telah menyebabkan debit air di sejumlah dam di Kota Batam, Kepulauan Riau, menyusut hingga beberapa meter.

Jika kondisi ini tidak segera diantisipasi, dikhawatirkan Batam akan terancam krisis air bersih. Apalagi Batam tidak memiliki sumber air bersih yang bisa diandalkan.

Corporate Communication Manager PT Adhya Tirta Batam (ATB), Enrico Moreno Ginting menyebutkan, hujan yang terjadi hanya beberapa jam tak mampu menambah debit air di sejumlah dam.

"Selama musim kemarau, Debit air di Dam Duriangkang susutnya sampai 1,5 meter. Kondisi ini merupakan yang pertamakali terjadi sepanjang sejarah Dam Duriangkang. Kondisi serupa juga terjadi di dam-dam lain," kata Enrico beberapa waktu lalu.

Enrico menambahkan, meskipun hujan pernah turun selama beberapa jam, tetap tak mampu menambah debit air di dam tersebut. Karena hanya terjadi sekali-sekali.

"Hujan yang terjadi hanya beberapa jam itu hanya mampu membasahi bumi dan menghilangkan debu akibat musim kemarau. Tapi kalau untuk menambah debit air tak cukup," ujarnya.

Kondisi ini, kata dia, tentu mengkhawatirkan. Tidak hanya bagi masyarakat, tetapi juga bagi ATB selaku pengelola air bersih di Kota Batam. 

Walaupun dari segi infrastruktur ATB lebih memadai, tapi kalau sumber air bersih yang akan diolah tidak ada, sama juga bohong.
"Menghadapi kondisi ini, upaya yang bisa dilakukan adalah menjaga sumber air bersih, menanamkan sikap adaptasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menghemat air," katanya.

Adaptasi di sini maksudnya, mempersiapkan segala sesuatu selama musim kemarau berlangsung. 

Misalnya, kalau ingin air tetap tersedia sebaiknya mempersiapkan tempat penampungan air (tandon) atau mengisi air ke bak mandi sampai penuh.

"Sebenarnya banyak yang bisa dilakukan. Paling tidak, dengan kesadaran itu, air yang digunakan benar-benar bermanfaat dan sesuai peruntukannya," katanya.

Segera Beroperasi
Sementara itu, Dam Tembesi yang terletak di Jembatan 1 Barelang dijanjikan tahun 2017 mendatang sudah bisa digunakan.

Menurut Kasubdit Humas BP Batam Lasmono, Dam Tembesi bisa digunakan apabila proses penghilangan kadar garam (desalinasi) telah selesai dilakukan.

Proses desalinasi itu sendiri sudah mulai berjalan dan diperkirakan baru akan selesai 2 tahun ke depan.

"Untuk yang lain sudah selesai, termasuk infrastrukturnya, hanya tinggal bangun WTT nya selesai dalam 1 tahun dan kita juga tidak mau tergesa-gesa dengan proses desalinasi, karena apabila dipaksakan akan berakibat tidak baik bagi pengguna air tersebut. 

Dikarenakan masih ada kadar garamnya," ucap Lasmono.
Sementara kecepatan proses desalinasi tersebut tergantung dari tingkat curah hujan di Batam. 

Karena semakin tinggi curah hujan maka prosesnya semakin cepat.
"Jadi, kita perkirakan paling lama 2 tahun lagi sudah bisa digunakan," ujar Lasmono.

Dam Tembesi itu berkapasitas sekira 56 juta m2 dan dapat memproduksi sekira 600 liter per detik.

Lasmono berharap kepada masyarakat, apabila nanti Dam Tembesi sudah bisa beroperasi, maka mari bersama-sama menjaga ekosistem hutan yang ada.

"Jangan ada lagi ruli-ruli ataupun penebangan hutan liar agar ekosistem hutan tidak rusak dan Batam masih memiliki daerah resapan air yang baik," paparnya.
(h/mbs/sw)

Posting Komentar

 
Top