JAKARTA - Cuaca menjadi salah satu faktor penting
terhadap kelangsungan makhluk hidup yang ada di Bumi. Cuaca di Indonesia
sendiri saat ini mengalami perbedaan antara wilayah yang satu dengan
lainnya.
Salah satu fenomena yang belum lama terjadi adalah adanya ujang es dan cuaca dingin di Papua. Bahkan cuaca dingin itu harus memakan korban belasan orang. Belum lagi, di Sumatera Utara (Sumut) yang berpotensi mengalami hujan ekstrem.
Fenomena perbedaan cuaca tersebut, terjadi lantaran efek lokal yang dimiliki masing-masing tempat, sehingga tidak berlaku di wilayah lain. Misalnya saja, fenomena cuaca dingin yang terjadi di Papua bisa diakibatkan karena adanya pegunungan Jayawijaya.
“Dingin di Papua itu kemungkinan bisa berasal dari pegunungan Jayawijaya, karena adanya masa uap air yang turun lembah. Kerena wilayah itu menjadi daerah tekanan rendah, yang jelas masa udara dingin yang berasal dari sekitarnya turun ke kawasan tersebut, akan tetapi itu tak berlangsung lama,”kata Eddy Hermawan, Peneliti Senior Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer LAPAN Rabu (29/7/2015).
Bahkan lebih dari itu, Papua juga pernah diterjang hujan es, sehingga mengakibatkan ladang ubi mereka rusak. Hujan es yang terjadi di Papua itu bisa disebabkan awan-awan yang terlalu dingin, dan biasanya tidak akan berlangsung lama.
Berbeda kondisinya dengan wilayah lain di Indonesia, seperti di Sumatera Utara, di mana Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan Sumatera Utara (Sumut) berpotensi mengalami curah hujan ekstrem. Mengetahui fenomena tersebut, sekali lagi, Hermawan mengungkapkan, perbedaan cuaca berbeda di setiap daerah di pengaruhi efek atau kondisi lokal setempat.
Hermawan juga menyebutkan bahwa bukan hanya dingin dan hujan, bahkan kekeringan melanda sejumlah wilayah di Indonesia.
Menurutnya, panas ini pun akan terus menyebar di beberapa wilayah di Indonesia. Setelah NTT dan NTB, akan ke Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera hingga ke Kalimantan, dan diperkirakan wilayah itu akan terjadi kekeringan.
Bahkan tidak menutup kemungkinan juga, wilayah yang ada di titik equator seperti Pontianak akan dilanda kekeringan. Sejatinya, perubahan cuaca yang terjadi di Indonesia itu tak terjadi secara tiba-tiba.
“Saat ini panasnya sedang bergerak terus, dan tak ada perubahan yang mendadak. Semua perubahan itu mengikuti pergerakan semu Matahari terhadap Bumi,” tutupnya.
Namun demikian, masyarakat tidak perlu panik, karena umumnya siklus tersebut terjadi selama tiga bulan, di rentan antara Juni, Juli, dan Agustus. “Sementara saat ini, masih berada di Juli, artinya kemarau tersebut masih berlangsung dan masa kemarau itu memiliki ciri khas," tuturnya.
Salah satu fenomena yang belum lama terjadi adalah adanya ujang es dan cuaca dingin di Papua. Bahkan cuaca dingin itu harus memakan korban belasan orang. Belum lagi, di Sumatera Utara (Sumut) yang berpotensi mengalami hujan ekstrem.
Fenomena perbedaan cuaca tersebut, terjadi lantaran efek lokal yang dimiliki masing-masing tempat, sehingga tidak berlaku di wilayah lain. Misalnya saja, fenomena cuaca dingin yang terjadi di Papua bisa diakibatkan karena adanya pegunungan Jayawijaya.
“Dingin di Papua itu kemungkinan bisa berasal dari pegunungan Jayawijaya, karena adanya masa uap air yang turun lembah. Kerena wilayah itu menjadi daerah tekanan rendah, yang jelas masa udara dingin yang berasal dari sekitarnya turun ke kawasan tersebut, akan tetapi itu tak berlangsung lama,”kata Eddy Hermawan, Peneliti Senior Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer LAPAN Rabu (29/7/2015).
Bahkan lebih dari itu, Papua juga pernah diterjang hujan es, sehingga mengakibatkan ladang ubi mereka rusak. Hujan es yang terjadi di Papua itu bisa disebabkan awan-awan yang terlalu dingin, dan biasanya tidak akan berlangsung lama.
Berbeda kondisinya dengan wilayah lain di Indonesia, seperti di Sumatera Utara, di mana Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan Sumatera Utara (Sumut) berpotensi mengalami curah hujan ekstrem. Mengetahui fenomena tersebut, sekali lagi, Hermawan mengungkapkan, perbedaan cuaca berbeda di setiap daerah di pengaruhi efek atau kondisi lokal setempat.
Hermawan juga menyebutkan bahwa bukan hanya dingin dan hujan, bahkan kekeringan melanda sejumlah wilayah di Indonesia.
Menurutnya, panas ini pun akan terus menyebar di beberapa wilayah di Indonesia. Setelah NTT dan NTB, akan ke Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera hingga ke Kalimantan, dan diperkirakan wilayah itu akan terjadi kekeringan.
Bahkan tidak menutup kemungkinan juga, wilayah yang ada di titik equator seperti Pontianak akan dilanda kekeringan. Sejatinya, perubahan cuaca yang terjadi di Indonesia itu tak terjadi secara tiba-tiba.
“Saat ini panasnya sedang bergerak terus, dan tak ada perubahan yang mendadak. Semua perubahan itu mengikuti pergerakan semu Matahari terhadap Bumi,” tutupnya.
Namun demikian, masyarakat tidak perlu panik, karena umumnya siklus tersebut terjadi selama tiga bulan, di rentan antara Juni, Juli, dan Agustus. “Sementara saat ini, masih berada di Juli, artinya kemarau tersebut masih berlangsung dan masa kemarau itu memiliki ciri khas," tuturnya.
Posting Komentar