BEIJING - Sekira sepertiga dari tembok besar China
mulai lenyap seiring perjalanan waktu. Faktor alam dan kecerobohan
manusia, seperti pencurian batu untuk dijadikan bahan bangunan, mulai
mengikis kemegahan satu dari tujuh keajaiban dunia tersebut.
Sebagaimana bangunan lainnya, tembok besar China bukanlah sebuah bangunan dengan struktur yang tidak bisa rusak yang memanjang ribuan kilometer dari Shanhaiguan ke pantai timur Jiayuguan di tepi Gurun Gobi.
Sekira 9.000 hingga 21.000 kilometer di beberapa tempat di tembok besar China mengalami kerusakan parah. Media China, Beijing Times, melaporkan sekira 1.962 kilometer dari situs cagar budaya UNESCO tersebut hilang setelah menempuh usia ratusan tahun. Beberapa bagian terdampak cuaca, sebagian ditumbuhi tanaman yang mempercepat pelapukan.
Tembok besar China pertama kali dibangun pada abad ketiga sebelum masehi. Namun, sekira 6.300 kilometer konstruksinya dibangun di zaman Dinasti Ming pada 1368-1644.
"Meski beberapa bagian dari tembok besar China dibangun dari bata dan bebatuan, material tersebut tidak dapat melawan pengikisan akibat angin dan air hujan," kata Wakil Presiden Komunitas Tembok Besar China, Dong Yaohui, sebagaimana dikutip dari Times of India, Selasa (30/6/2015).
"Beberapa menara menjadi amat goyah dan dapat roboh sekali dihantam badai hujan musim panas," terangnya.
Kegiatan pariwisata dan penduduk setempat juga merusak konstruksi terpanjang dalam peradaban manusia. Penduduk Desa Lulong yang miskin kerap mencuri batu bata tebal warna abu-abu dari tembok besar China untuk digunakan sebagai bahan membangun rumah. Sementara sebagian penduduk lain menjualnya seharga 30 yuan atau sekira Rp64 ribu per bata.
Berdasarkan hukum yang diberlakukan di China, orang yang ketahuan mencuri bata dari tembok besar China terancam denda 5.000 yuan atau sekira Rp10 juta.
"Namun, tidak ada organisasi yang secara spesifik menegakkan aturan tersebut. Kerusakan hanya dapat dilaporkan ke pihak yang lebih berwenang dan kasus tersebut sulit terpecahkan bila kejadiannya di perbatasan dua provinsi," kata pegawai Perlindungan Relik Budaya Provinsi Hebei, Jia Hailin.
Sebagaimana bangunan lainnya, tembok besar China bukanlah sebuah bangunan dengan struktur yang tidak bisa rusak yang memanjang ribuan kilometer dari Shanhaiguan ke pantai timur Jiayuguan di tepi Gurun Gobi.
Sekira 9.000 hingga 21.000 kilometer di beberapa tempat di tembok besar China mengalami kerusakan parah. Media China, Beijing Times, melaporkan sekira 1.962 kilometer dari situs cagar budaya UNESCO tersebut hilang setelah menempuh usia ratusan tahun. Beberapa bagian terdampak cuaca, sebagian ditumbuhi tanaman yang mempercepat pelapukan.
Tembok besar China pertama kali dibangun pada abad ketiga sebelum masehi. Namun, sekira 6.300 kilometer konstruksinya dibangun di zaman Dinasti Ming pada 1368-1644.
"Meski beberapa bagian dari tembok besar China dibangun dari bata dan bebatuan, material tersebut tidak dapat melawan pengikisan akibat angin dan air hujan," kata Wakil Presiden Komunitas Tembok Besar China, Dong Yaohui, sebagaimana dikutip dari Times of India, Selasa (30/6/2015).
"Beberapa menara menjadi amat goyah dan dapat roboh sekali dihantam badai hujan musim panas," terangnya.
Kegiatan pariwisata dan penduduk setempat juga merusak konstruksi terpanjang dalam peradaban manusia. Penduduk Desa Lulong yang miskin kerap mencuri batu bata tebal warna abu-abu dari tembok besar China untuk digunakan sebagai bahan membangun rumah. Sementara sebagian penduduk lain menjualnya seharga 30 yuan atau sekira Rp64 ribu per bata.
Berdasarkan hukum yang diberlakukan di China, orang yang ketahuan mencuri bata dari tembok besar China terancam denda 5.000 yuan atau sekira Rp10 juta.
"Namun, tidak ada organisasi yang secara spesifik menegakkan aturan tersebut. Kerusakan hanya dapat dilaporkan ke pihak yang lebih berwenang dan kasus tersebut sulit terpecahkan bila kejadiannya di perbatasan dua provinsi," kata pegawai Perlindungan Relik Budaya Provinsi Hebei, Jia Hailin.

Posting Komentar