VIVAnews - Mediasi dilakukan beberapa pihak terkait konflik berdarah di muka makam Mbah Priok, Kamis 15 April 2010.
Pihak Pelindo yang diwakili direktur utamanya, RJ Lino menawarkan solusi makam yang dikeramatkan itu tak akan dipindah. Justru dijadikan monumen sejarah, bahkan dibangun terowongan untuk peziarah.
Namun suasana memanas ketika pengacara ahli waris tanah makam, Yan Juanda Saputra giliran berbicara.
"Kami ingin kejelasan Pelindo, selalu dibohongi, dijanjikan, tapi tidak konsisten," kata Yan, yang diikuti teriakan beberapa pengunjung.
Pihak ahli waris minta Pelindo konsisten. Menurut Yan, itu demi keselamatan warga Jakarta, khususnya Jakarta Utara.
"Makam ini pakubumi Jakarta Utara," kata dia. Makam Mbah Priok, ujar Yan, adalah situs sejarah.
"Dari nama dia, Tanjung Priok ada, bukan sembarangan," kata dia.
Yan mengatakan jangan ada pemikiran untuk memindahkan makam.
Sebelum Fauzi Bowo menjadi Gubernur DKI Jakarta, Yan mengaku mendapat petunjuk dari ulama Cirebon.
"Mas Foke [Fauzi Bowo], ada amanah yang saya sampaikan untuk menjaga makam ini," kata Yan, menirukan ucapannya pada Foke.
Saat itu, lanjut dia, Fauzi Bowo masih jadi wakil Gubernur. "Itu dua tahun sebelum Foke jadi gubernur," tambah dia.
Sengketa lahan di makam Mbah Priok berubah jadi bentrok berdarah, Rabu 14 April 2010. Bentrok fisik menjadi tragedi, ratusan orang luka akibat lemparan batu, pukulan, tendangan, juga sabetan benda tajam.
Tak hanya itu, tiga orang dinyatakan tewas akibat kerusuhan ini. Mereka adalah Ahmad Tajudin, W Soepono, dan Israel Jaya. Ketiganya aparat Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
• VIVAnews
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar