JAKARTA - Secara mengejutkan Rusia menyatakan diri akan merapat ke Organization of Petroleum-Exporting Countries (OPEC). Sikap Rusia ini terjadi di tengah perangharga minyak mentah antara Arab Saudi, Rusia dan Amerika Serikat.
Pertemuan tersebut akan mendiskusikan situasi global dalam menghadapi kejatuhan harga minyak dunia. Rusia memang bukan bagian organisasi kartel emas hitam tersebut. Tetapi eksistensi Rusia cukup diperhitungkan dalam sentimen pergerakanharga minyak mentah. Rencananya, Rusia akan bertemu dengan 12 anggota produsen minyak OPEC.
"Jika konsultasi tersebut terjadi, kami siap untuk mengambil bagian," ujar Menteri Energi Rusia Alexander Novak tanpa memberi penjelasan kapan dan di mana pertemuan tersebut, seperti dikutip CNBC, Selasa (6/10/2015).
Selain itu, ia mengatakan bahwa pertemuan antara pejabat dari Rusia dan Arab Saudi sedang direncanakan untuk direalisasikan akhir bulan untuk membahas isu-isu energi dan proyek lainnya.
Pada perdagangan Senin 5 Oktober waktu setempat, harga minyak mentah jenis Brent diperdagangkan 70 sen lebih tinggi ke posisi USD48,72 per barel. Sementara harga minyak mentah AS adalah 57 sen lebih tinggi ke posisi USD46,11 per barel.
Seperti diketahui, Arab Saudi disinyalir sengaja membuat harga minyak rendah dikarenakan negara tersebut ingin membuat Rusia menyerah dalam menjual minyaknya. Tidak hanya itu, Amerika juga menjadi target price war yang dilakukan Arab Saudi.
Akan tetapi, anjloknya harga minyak membuat Arab Saudi terkena defisit transaksi berjalan untuk pertama kalinya. Bahkan, jauh melebihi target Indonesia pada tahun ini. Tahun ini ABPN Arab Saudi berjalan dengan defisit budget 20 persen dari GDP. Sementara Indonesia 2 persen untuk defisit target tahun ini.
Posting Komentar