Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan gelombang panas El Nino diperkirakan menyerang wilayah Indonesia sampai November 2015. Akibat El Nino, awal musim hujan 2015/2016 di beberapa wilayah mengalami kemunduran. Hingga saat ini, kekeringan semakin meluas, dan hampir merata di seluruh Nusantara.
El Nino adalah sebuah gejala penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik sekitar equator hususnya di bagian tengah dan timur (sekitar pantai Peru). Dalam kondisi iklim normal, suhu permukaan laut di sekitar Indonesia umumnya hangat sehingga penguapan mudah terjadi. Penguapan itu yang kemudian membantu awan-awan hujan.
Hasil pengamatan sejak Mei 2015, sejumlah wilayah mengalami hari tanpa hujan lebih dari 60 hari. Wilayah tersebut adalah Jawa, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Lampung, Bali, NTB, dan NTT.
Dalam catatan BNPB, kekeringan telah melanda 12 provinsi, 77 kabupaten atau kota dan 526 kecamatan. Hingga Juli 2015, sekitar 111.000 hektar sawah mengalami kekeringan. Sebanyak 222.847 hektar sawah irigasi berpotensi kekeringan dan akan kehilangan panen lebih dari 1 juta ton.
Rakyat mulai merasakan dampak kekeringan yang parah. Tengok saja di Desa Ciderum, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Setiap sore, warga beramai-ramai memanfaatkan air Kali Ciderum yang kondisinya sudah tercemar limbah rumah tangga, untuk mencuci pakaian, mandi, cuci dan kakus (MCK). Untuk minum, warga memilih air minum dalam kemasan, karena air kali Ciderum saat ini sudah tidak jernih dan tak layak konsumsi.
Dampak kekeringan tahun ini cukup terasa, banyak warga yang rela mengantre untuk memperoleh air minum ke sumber mata air.
Pemerintah mengklaim sudah mengantisipasi dan mengupayakan meminimalisir dampak El Nino. Langkah jangka pendek pun sudah diambil. "Tahapan paling cepat itu ya tetap dalam jangka panjang waduk embung, ada ribuan embung mau kita bangun. Kecil-kecil tapi di semua tempat. Kuncinya kekeringan ada tampungan air," jelas Presiden Jokowi.
Pemerintah mengaku belum menghitung dampak dari El Nino membuat sejumlah daerah di Indonesia mengalami kekeringan. Pernyataan yang dilontarkan pejabat pemerintah terkesan santai menghadapi bencana kekeringan. Merdeka.com mencatatnya.
Berikut paparannya :
1. Jokowi dapat laporan dampak tak besar
Presiden Joko Widodo (Jokowi)
kembali menggelar rapat terbatas di Kantor Kepresidenan. Adapun agenda
utamanya adalah untuk membahas antisipasi dampak El Nino terhadap
ketahanan pangan."31 Juli lalu kita telah bahas dampak dari El Nino baik terhadap kekeringan, produksi beras kita dan juga yang berhubungan dengan kebakaran," kata Jokowi di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis (6/8).
Jokowi menegaskan, dampak dari El Nino harus betul-betul diantisipasi, baik di sektor pertanian, perikanan, kehutanan dan lainnya.
Jokowi meminta Menteri Pertanian untuk melaporkan soal kemungkinan sawah dan ladang yang kira-kira kekeringan. Termasuk kemungkinan-kemungkinan wilayah yang gagal panen.
"Tetapi dari kunjungan kemarin ke Jawa Timur, dilaporkan oleh gubernur dampak El Nino ini bisa kecil sekali karena panen September yang nantinya cukup besar.
Gubernur Sulawesi Selatan juga, produksi beras di sana tidak ada masalah karena bulan September juga akan ada panen raya yang cukup besar. Ini lah di lapangan yang saya tahu," jelas Jokowi.
2. Kekeringan karena pelanggaran pola tanam petani
Direktur Jenderal Sumber Daya
Air (SDA) Kementerian PUPR Mudjiadi mengatakan bahwa sebenarnya penyebab
terjadinya kekeringan tidak hanya disebabkan berkurangnya perubahan
musim tetapi juga disebabkan oleh pelanggaran pola tanam yang dilakukan
petani. Seharusnya padi-palawija-padi tetapi kebanyakan petani
menggunakan pola tanam padi-padi-padi."Jadi ketaatan petani pada pola tanam dan penggunaan air sangat berpengaruh pada kekeringan," ucap Mudjiadi seperti dilansir dari situs kementerian di Jakarta, Minggu (2/8).
3. Warga diminta salat istisqo
Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendesa PDTT) Marwan Jafar meminta
masyarakat melakukan salat istisqo atau salat mohon turun hujan, sebagai
salah satu cara untuk mendatangkan hujan guna mengatasi musibah
kekeringan yang melanda banyak desa di Indonesia.
"Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang religius,
menghadapi situasi sulit seperti musibah kekeringan sekarang ini mari
kita tundukkan kepala tengadahkan tangan memohon kepada Allah Yang Maha
Pengasih, saya serukan desa-desa secepatnya lakukan salat istisqo mohon
segera diturunkan hujan, bagi saudara-saudara yang nonmuslim diharapkan
juga berdoa menurut keyakinannya masing-masing," ujar Marwan, di Jakarta, Minggu (26/7).Dijelaskan menteri asal PKB ini, salat istisqo adalah salat yang dilakukan dalam rangka memohon hujan kepada Yang Maha Kuasa.
Hukum salat istisqo adalah sunnah muakkadah (sangat dianjurkan) bagi yang terkena musibah kekeringan yang berakibat kelangkaan air untuk minum dan kebutuhan lainnya. Sebelum melaksanak
4. Dampak kekeringan cuma di waduk kecil
Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PU-Pera) Basuki Hadimuljono memastikan, dari 31 waduk
yang dimonitor, 17 diantaranya memang mengalami kekeringan terutama
untuk embung dengan kapasitas di bawah 500 meter kubik.Meski begitu, Menteri Basuki memastikan dampak El Nino tidak mengganggu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Mayoritas waduk yang mengalami kekeringan berskala kecil.
"Waduk-waduk tersebut memang waduk yang memiliki ukuran kecil, biasanya PLTA ada di waduk besar yang sampai saat ini masih aman," kata Basuki dalam keterangannya, Rabu (5/8) malam.
5. Mentan sebut tak ada gagal panen
Kementerian Pertanian
(Kementan) memastikan tidak ada lahan pertanian yang mengalami gagal
panen atau puso sebagai akibat musim kemarau panjang dan kekeringan.
Menteri
Pertanian Amran Sulaiman mengatakan itu setelah melakukan pantauan
selama Ramadan kemarin. Dia mengklaim, keberhasilan itu tak lepas dari
antisipasi yang dilakukan kementerian sejak awal tahun."Kita antisipasi dari awal sejak Januari membangun irigasi, pompa, kontraktor, alat mesin pertanian, dan perbaikan infrastruktur lainnya," ujar dia di kantornya, Jakarta, Kamis (23/7).
Kementerian Pertanian juga membantu anggaran pembangunan embung di Indramayu, Grobogan, Pati, Cirebon dan Timur Tengah Selatan. Embung ini khusus untuk mengairi sawah dan dibangun di tengah area persawahan.
"Stok saat ini 12.000 unit pompa, lalu 30.000 hektar lahan kekeringan, sudah kami tangani sebelum lebaran. Laporan kekeringan mulai berkurang, kami proaktif menyurati dinas kabupaten untuk segera kirim, datang ke lahan terancam kekeringan," kata Amran.
[Mdk/noe]
Posting Komentar