SAAT ditimpa pengalaman mengecewakan, otak Anda memompa keluar kortisol, epinefrin, dan hormon stres lainnya, dalam jumlah terbatas. Memang, ini dapat membantu Anda untuk bereaksi dengan cepat terhadap situasi berbahaya–diibaratkan Anda bisa menghentikan laju mobil saat ada mobil yang hendak memotong jalan Anda. Namun, dalam jangka panjang akumulasi hormon stres tersebut dapat berbahaya bagi tubuh.
Kortisol adalah hormon yang diproduksi oleh ginjal yang mempunyai hubungan mengontrol kadar gula darah. Jika kortisol meluap-luap dalam tubuh Anda, maka hormon ini akan memberitahu otak untuk mengirim lebih banyak darah ke otot. Alhasil, otot terasa tegang, seolah-olah Anda merasakan ngilu di seluruh tubuh.
Buruknya, jika pengiriman darah ke otot terlalu banyak, akan terjadi pembengkakan otot. Akibanya, Anda akan terserang sakit kepala, leher kaku, dan sensasi bak diremas-remas pada bagian dada. Demikian dinukil okezone dari Women’s Health, Senin (5/4/2010).
Kortisol juga akan mengalihkan darah dari laju pencernaan Anda, meninggalkan rasa ketidaknyamanan yang cukup serius. Pasalnya, suatu hormon stres yang berlebihan dapat menghambat sistem kekebalan tubuh, dan membuat tubuh Anda lebih rentan terhadap bakteri dan virus nakal yang bertebaran.
“Jenis terpaaan pada tubuh Anda berkaitan dengan bagaimana tubuh Anda bereaksi terhadap stres secara umum,” kata Laura Miller MD, Direktur Kesehatan Mental di Brigham dan Women's Hospital di Boston.
Jika Anda memiliki perut sensitif, kemungkinan rentan terhadap rasa kram, kehilangan nafsu makan, atau diare sangat besar jika Anda sedang dilanda patah hati. Dan jika Anda memiliki kepribadian adiktif, Anda mungkin merasa gemetar ketika mengalami kekecewaan mendalam. Hal ini disebabkan karena area otak Anda yang berhubungan dengan hasrat dan kecanduan juga diaktifkan. Kendati demikian, untuk membuat tubuh sehat kembali dari sakit hati, Anda bisa mengikuti saran berikut.
“Bukan berarti Anda dapat menyembuhkan rasa sakit hati dengan clubbing, melakukan hura-hura, atau sejenisnya yang malah menyebabkan penyakit fisik lebih banyak, seperti denyut jantung cepat dan kelelahan ekstrim,” kata Gary l Malone MD, chief of psychiatry pada Baylor All Saints Medical Center di Fort Worth, Texas.
Sebaliknya, lakukan teknik-teknik relaksasi, seperti bernapas dalam dan dalam hitungan teratur untuk menenangkan sistem saraf. Atau, dengan cara menggerakan tubuh secara aktif lewat olahraga. “Latihan aerobik membuat hormon stres berhenti,” saran Miller.
Dengan olahraga, tubuh berupaya untuk meminta otak melepaskan hormon endorfin–hormon yang memberikan rasa tenang dan menghilangkan rasa sakit—lebih baik lagi. Miller menganjurkan untuk berbagi cerita dengan sahabat agar tubuh mengasup lebih banyak hormon oksitosin atau hormon bahagia.(okezone.com)
Posting Komentar