Pengamat telekomunikasi Herry SW mengatakan, penjualan HT Mobile yang diantre ribuan warga kota Surabaya ini memecahkan rekor antrean ponsel di kota tersebut sampai saat ini.
“Sebelumnya harga promo termurah dipegang Nexian di TP dengan harga Rp 600 ribu. Sekarang ini lebih gila lagi sampai Rp 300 ribu. Nggak heran kalau antrenya sampai kayak gitu,” kata Herry dihubungi Sabtu (19/12) pagi tadi.
Selain HT dan Nexian, Dezzo pun pernah mengadakan acara serupa. Namun berdasarkan pengamatan HSW, panggilan akrab Herry SW, tidak sampai sefenomenal ini.
“Ya karena harga murah, model qwerty dan di akhir tahun pula. Mungkin kan orang-orang ada yang dapat bonus akhir tahun jadi dibelanjakan sekalian,” tambah HSW.
Menurut HSW, booming ponsel qwerty di Indonesia tidak lepas dari laris manisnya BlackBerry. Ponsel cerdas bikinan Research in Motion (RIM) asal Kanada itu memang seakan sudah menjadi bagian gaya hidup masyarakat saat ini. Sehingga, bagi mereka yang dananya terbatas pun harus cukup puas menenteng ‘BlackBerry jadi-jadian alias BlackBerry abal-abal’.
Saking booming-nya BlackBerry, HSW menyatakan dari beberapa antrian yang pernah dipantaunya, termasuk hari ini, ada juga yang tidak tahu merk ponsel yang dibelinya. “Yang penting kaya BlackBerry, yang penting Qwerty,” ujarnya.
Tidak dipungkiri, aplikasi Facebook juga menjadi daya tarik ponsel-ponsel rilisan baru ini. Bahkan di Asia, Indonesia termasuk dalam tiga besar pengakses Facebook terbesar. Melihat animo masyarakat saat ini, HSW memprediksi demam ponsel qwerty masih akan bertahan hingga pertengahan tahun depan.
Sedangkan menurut Bagong Suyanto, sosiolog Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga, Surabaya, antusiasme masyarakat terhadap perkembangan dunia teknologi, khususnya produk handphone, adalah hal yang wajar.
Masyarakat Indonesia hari ini, kata dia, merupakan masyarakat yang bukan lagi berada di level masyarakat modern, melainkan masyarakat virtual atau yang lebih dikenal dengan istilah virtual generation. Pada level itu, papar Bagong, masyarakat akan selalu merasa haus akan perkembangan teknologi sebagai imbas dari kebutuhannya terhadap informasi.
“Ini dalam skala besar adalah merupakan gerakan reformasi informasi di kalangan masyarakat. Maka jangan heran kalau ipod, laptop, atau HP sebagai produk yang paling elementer menjadi sangat diburu dewasa ini,” tuturnya.
Selain itu, hal lain yang turut mendorong fenomena ini, Bagong mengungkapkan adalah faktor mode. “Masyarakat kita hari ini bukan lagi masyarakat yang secara murni mementingkan harga murah semata, namun juga telah dipengaruhi oleh mode yang sedang in saat ini,” tukasnya.
Menurut dia, ini lagi-lagi merupakan ciri karakter masyarakat yang telah masuk era postmodern. Era yang disebut juga sebagai era postindustrial tersebut telah membuat masyarakat lebih concern terhadap hal-hal yang berbau pencitraan diri.
“Dan virtual generation merupakan bentuk lain dari masyarakat postmodern di mana urusan selain harga juga menjadi penting, seperti mode dan imej,” ungkapnya.
Laporan Denny Sagita dan Taufan Sukma
• VIVAnews
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar